Kemas Samawi Multiproduction

Kerukunan Masyarakat Seni Samawa Ano Rawi... Seni, Budaya, Sejarah, Pariwisata, dan Pendidikan Samawa

Senin, Mei 11, 2009

Batu Tonjo

Fathi Al-Qadri

Tari (Sendratari) Batu Tonjo termasuk tari kreasi baru. Batu Tonjo merupakan nama sebuah tempat (sungai) di Lingkungan Baleong-Sebok Kelurahan Dalam Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Tari ini diangkat dari sebuah cerita yang hidup di tengah masyarakat Taliwang-Sumbawa Barat.
Dalam cerita "Batu Tonjo" dikisahkan hubungan kasih antara Pangeran Panji dan Kemang Kuning. Kedua pasangan ini berasal dari dua keluarga yang berbeda status sosialnya. Pangeran Panji adalah anak dari pasangan Datu Buin Pamaning dan Lala Kemang Jepun, Datu Taliwang. Kemang Kuning adalah anak seorang janda yang telah ditinggal oleh ayahnya.
Pangeran Panji adalah seorang pemburu andal. Dia dan Puntuk selalu berburu kijang. Namun suatu hari, ketika berburu, Pangeran Panji dan Puntuk tidak menemukan satupun binatang buruannya, bahkan sampai menjelang sore hari, mereka tidak mendapatkan binatang buruan. Pangeran Panji dan Puntuk pun mencari tempat untuk berteduh dan beristirahat beberapa saat. Mereka beristirahat di dekat sungai. Tidak beberapa lama kemudian, mereka samara-samar mendengar orang yang menembang. Beberapa saat, mereka hanyut oleh suasana itu. Dia berpikir, orang yang menembang itu pasti suasana hatinya bersih, suci, dan mulia. Pangeran Panji meminta kepada Puntuk untuk menyelidiki siapa yang sedang menembang di sekitar itu. Beberapa saat lamanya, Puntuk memberi kabar pada Pangeran Panji, bahwa yang sedang menembang itu adalah seorang gadis yang cantik jelita.

Pangeran Panji sangat tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Puntuk tersebut. Pangeran Panji pun mendekati gadis yang dimaksud, serta berkenalan. Rupanya, Pangeran Panji langsung tertarik dengan gadis tersebut, begitupun dengan gadis yang bernama Kemang Kuning tersebut. Mereka berdua menyatakan ketertarikannya dengan "Malangko".
Percintaan Pangeran Panji dan Kemang Kuning tidak berjalan mulus. Ada Lala Motek Kemang dan Datu Buin Pamaning yang menghalanginya. Datu Buin Pamaning berencana mengawinkan Pangeran Panji dengan Lala Motek Kemang, anak raja tetangga. Setelah mendengar hal itu, Pangeran Panji pun pergi dari istana dan menemui Kemang Kuning. Mereka tetap pada tujuan semula untuk membangun mahligai rumah tangga.
Datu Buin Pamaning marah besar pada keputusan Pangeran Panji. Datu Buin Pamaning pun mengejar Pangeran Panji, hingga menemukan Pangeran Panji dan Kemang Kuning di sebuah tempat di dekat sungai. Datu Buin Pamaning pun semakin murka, dia mengutuk anaknya menjadi Batu.
Cerita tersebut diolah dan dikembangkan dalam bentuk Sendratari, dengan bagian-bagian sebagai berikut :
1. Pendahuluan, seluruh alat musik dibunyikan..
2. Pangeran Panji dan Puntuk pergi berburu.
3. Pangeran Panji Berjumpa dengan Kemang Kuning, berpisah, pulang.
4. Kemang Kuning Bercerita pada ibunya.
5. Pangeran di istana dengan orang tuanya, Lala Motek Kemang. Pangeran Panji mau dijodohkan dengan Lala Motek Kemang, Pangeran Panji Menolak dan pergi melarikan diri ke hutan untuk mengejar Kemang Kuning.
6. Datu Buin Pamaning dan rombongan mengejar Pangeran Panji sampai ke hutan.
7. Pangeran Panji bertemu dengan Kemang Kuning dan menceritakan bahwa mereka tidak direstui oleh Datu (raja), mereka bersedih, memadu kasih.
8. Datu Buin Pamaning melihat Pangeran Panji dan Kemang Kuning sedang memadu kasih.
9. Datu Buin Pamaning mengutuk Pangeran Panji dan Kemang Kuning.
10. Penutup.



BAGIAN PERTAMA

Pada zaman dahulu di tana Taliwang, berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana bernama Datu Buin Pamaning. Raja memiliki seorang istri yang cantik yang bernama Lala Pusuk Mampus, hasil dari perkawinan mereka melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama Pangeran Panji. Pangeran Panji berencana untuk berburu ke Hutan. Raja dan permaisuri mengizinkannya, meskipun agak berat bagi Ratu.
Pangeran Panji berburu dengan Puntuk. Namun hingga waktu senja, mereka belum mendapatkan satu pun binatang buruan. Pangeran dan puntuk pun beristirahat beberapa saat lamanya karena kelelahan.
Waktu itu, sore hari menjelang malam. Pangeran meminta kepada Puntuk untuk mengambil air minum dan untuk membasuh mukanya. Terdengar alunan musik lembut. Sayup-sayup terdengar suara seorang gadis yang tengah menembang dengan suara lirih.
Lawasnya: Lamin Kutotangmo Rara
Kuuleng Lawang Basungu
Aiq Mata Lalo Diri

Nan Malayang Leng Tenga Let
Mara Kukamoan Aiq
Rapang Den Kayumo Aku

Pangeran dan Puntuk mencari sumber suara itu. Mereka celingak-celinguk kesana-kemari. Akhirnya menemukan gadis yang melantunkan tembang tadi. Pangeran pun mendekatinya dan mencoba untuk berkenalan lebih jauh. Musik pengiring orang yang "Basual".
Pangeran : Siapakah Namamu Tuan Putri yang cantik?
K. Kuning : Maafkan hamba, nama hamba Kemang Kuning!
P. Panji : (Balawas)

Lawas Pangeran Panji
Ngibar Pio Cendrawasih
Ngawangmo Satenga Langit
Saleno Mawar Tukemban
Lawas Kemang Kuning
Cecewe Mawar Tukemban
Bakemang Satenga Bae
Naq Bonga Lamin Sayate
Lawas Pangeran Panji
Kanatang Kaku Ko Andi
Kudatang Temung Kajangi
Lema Naq Bola Pang Aku
Lawas Kemang Kuning
Naq Pendi Lamin Sakendi
Naq Sayang Lamin No Tutu
Ate Belo Asi Niri
Mereka pun berpisah dan keluar pentas. Musik berganti melepas kepergian Pangeran Panji, Puntuk, dan Kemang Kuning.





BAGIAN DUA

Ibu Kemang Kuning sedang melakukan aktivitas di rumah (lampu hanya menyoroti aktivitas ibunda Kemang Kuning). Dia menunggu Kemang Kuning dari sungai. Suasana menjelang petang. Dia tidak sabar untuk melihat anaknya kembali. Musik agak gelisah. Tidak berapa lama, Kemang Kuning muncul di pentas. Kemang Kuning agak gembira, musik pun cukup gembira pada saat itu.
Kemang Kuning bercerita tentang pertemuannya dengan Pangeran Panji kepada Ibunya.
K. Kuning : (sumringah) Hamba tadi bertemu dengan Pangeran Panji di sungai, Ibunda. Dia mengajak Ananda berkenalan.
Ibu KK : Apa? Yang benar anakku! Kamu tidak usah bermimpi!
K. Kuning : Benar bunda, bahkan Pangeran mengajak Ananda bertemu lagi di tempat tadi.
Mereka pun menari dengan suka cita, terutama Kemang Kuning. Gerak-gerak mereka dinamis namun tetap lembut. Musik juga selaras dengan gerakan penari.

BAGIAN TIGA

Suasana malam hari. Di istana masih ada DatuPen Jati dan Lala Pusuk Mampus, ayahanda dan ibunda Pangeran Panji. Mereka membicarakan tentang rencana perlawinan antara Pangeran Panji dengan Lala No Gegan. Beberapa saat kemudian, Pangeran Panji tiba di Istana. Pangeran langsung menemui ibunda dan memberitahukan pertemuannya dengan Kemang Kuning. Musik terdengar syahdu.
Datu Buin Pamaning : Aku rasa anak kita sudah cukup besar dan sudah sepantasnya kita nikahkan wahai Istriku!
Lala Pusuk Mampus : Dinda pun berharap demikian wahai Suamiku! Adinda berharap dia segera mendapatkan jodohnya!
Datu Buin Pamaning : Aku akan menjodohkan dengan anak raja tetangga, namanya Lala No Gegan!
Lala Pusuk Mampus : Apa anak kita akan mau menerima perjodohan ini, Wahai Suamiku!
Datu Buin Pamaning : Dia harus menerimanya! Harus!
Lalu masuk Pangeran Panji dan Puntuk. Dia Tampak gembira dan senang sekali. Ayah dan Ibundanya pun tampak senang melihat kegembiraan Pangeran Panji, meskipun mereka sama-sama tidak mengerti apa yang membuat Pangeran Panji Tampak gembira dan senang.
Datu Buin Pamaning : (memanggil) Duduklah anakku! Ayah akan memperkenalkan kamu dengan calon istrimu!
Pangeran Panji : (bingung) Calon Istriku!
Lala Pusuk Mampus : Benar Anakku! Kami akan menikahkanmu….!
Pangeran Panji : Dengan siapa Ibunda?
Datu Buin Pamaning : Sebentar Anakku! (memanggil Lala No Gegan) Masuklah Anakku!
Lala No Gegan masuk dengan senyum sumringah. Musik juga begitu ramai. Kedua orang tua Pangeran Panji kelihatan bangga memperkenalkan Lala No Gegan pada Pangeran Panji. Mereka bangga karena memang Lala No Gegan cantik dan anak raja serta dari keturunan bangsawan. Hanya saja, Pangeran Panji tampak shock dengan kehadiran Lala No Gegan yang tidak disangka-sangkanya itu. Setelah proses perkenalan berlangsung, datu dan istrinya pun meninggalkan Pangeran Panji dan Lala No Gegan. Setelah kepergian kedua orang tuanya, Pangeran Panji menunjukkan ketidaksenangannya pada Lala No Gegan. Lala No Gegan tetap berusaha mendekatinya, namun Pangeran Panji selalu Menghindarinya. Sampai kemudian, Pangeran Panji Meninggalkan pentas bersama dengan Puntuk. Lala No Gegan bersama dengan dayang-dayangnya melakukan gerakan-gerakan seperti orang yang frustrasi.



BAGIAN EMPAT

Panggung menggambarkan pertemuan antara Pangeran Panji dengan Kemang Kuning di dekat sungai. Mereka tampak asyik bercengkrama. Puntuk pun turut hanyut dengan kebahagiaan mereka. Selang beberapa lama datanglah Datu Buin Pamaning dan rombongan, beliau sangat marah melihat ulah anak kesayangannya. Melihat kedatangan, Datu Buin Pamaning dan rombongannya, maka Pangeran Panji, Kemang Kuning, dan Puntuk kelabakan. Mereka menjadi takut dan ingin lari secepat-cepatnya, namun terlambat! Datu Buin Pamaning telah mengutuk mereka menjadi. Sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama "Batu Tonjo"

The End.

Sambutlah Sendratari dari kecamatan Taliwang dengan judul "Batu Tonjo".

Para Pemain: Pemeran
1. Pangeran Panji
2. Kemang Kuning
3. Datu Buin Pamaning
4. Lala Pusuk Mampus
5. Lala No Gegan
6. Puntuk
7. Ibunda Kemang Kuning
8. Dayang satu
9. Dayang dua
10. Dayang tiga
11. Dayang empat
12. Pengawal Satu
13. Pengawal dua


Lagu Pengiring yang dinyanyikan per bagian dan dengan berbagai bentuk.

O Sarea Rama Peno Do Intan
O Sarea Intan Rama Peno
Sila Panto Tarian Ta Do Intan
Sila Panto Intan Tarian Ta
Tarian Ta Tukanga Jangi Do Intan
Tarian Tu Intan Kanga Jangi
Ten Sapuan Dunung Ana Do Intan
Ten Sapuan Intan Dunung Ana
Adamo Taruna Dadara Do Intan
Adamo Taruna Intan Ke Dadara
Basingin Pangeran Panji Do Intan
Basingin Pangeran Intan Panji
Basingin Darara Kemang Kuning Do Intan
Basingin Dadara Intan Kemang Kuning
Kasamula Aran Batu Tonjo Do Intan
Kasamula Intan Aran Batu Tonjo


Nyanyian Ulan Rawi Ano:

Pina ne Anak tungining
Tili ano gama mega
Lema rep sakiki rara
Rara inaqku sapuan
Nosoda dengan kamikir
Pang aku dua ke leno
Muto beling gama leno
Lema tulung aku mikir
Kau baesi kuasa

Bakelung Pangeran Panji dan Kemang Kuning :
Pangeran Panji
Ngibar Pio Cendrawasih
Ngawangmo Satenga Langit
Saleno Mawar Tukemban

Kemang Kuning
Cecewe Mawar Tukemban
Bakemang Satenga Bae
Naq Bonga Lamin Sayate

Pangeran Panji
Kanatang Kaku Ko Andi
Kudatang Temung Kajangi
Lema Naq Bola Pang Aku

Kemang Kuning
Naq Pendi Lamin Sakendi
Naq Sayang Lamin No Tutu
Ate Belo Asi Niri

Gandang Suling ini dibawakan ketika Pangeran Panji bertekad untuk menikahi Kemang Kuning.
Ajan Sampama Kulalo (Pangeran Panji)
Kutarepa Bale Andi
Beling Ke Rua E Nanta

Lamin Tetapmo Pang Sia (Kemang Kuning)
Bose Sangangkang Let Rea
Naq Beang Bilu Lako Len

Lawas Ketika Datu Buin Pamaning bertemu dengan Pangeran Panji di dekat sungai.

Soret Kau Pang Desa Ta Do Intan
Soret Kau Intan Pang Desa Ta

Barari Rena Rabalik Do Intan
Barari Rena Intan Rabalik

Dadara Turit Taruna Do Intan
Dadara Turit Intan Taruna

Kateri Sisen Ko Aiq Do Intan
Kateri Sisen Intan Ko Aiq

Gama Sisen Dalam Aiq Do Intan
Gama Sisen Intan Dalam Aiq

Yadapat Leng Tau Ngapan Do Intan
Yadapat Leng Intan Tau Ngapan

Katantang Ne Sapolak Do Intan
Katantang Ne Intan Sapolak

Karing Kutuk Dadi Batu Do Intan
Karing Kutuk Intan Dadi Batu

Inak Nangis Bito Ngare Do Intan
Inak Nangis Intan Bito Ngare

Samalik Ling Nomo Bau Do Intan
Samalik Ling Intan Nomo Bau

Jempang Baemo Tutangis Do Intan
Jempang Baemo Intan Tutangis

Label:

1 Komentar:

Pada 1 Mei 2010 pukul 16.54 , Anonymous Anonim mengatakan...

thanks for posting this story. i have been looking for the traditional story of Sumbawa Barat since few weeks ago.now i've got it.it will be translated into English for my students.
so tanks......

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda