PANGANTAN RAMA BALONG
Adegan 1
Panggung menggambarkan suasana di rumah Datu Maras. Ada duduk Datu Maras ke Datu Kemang. Datu Maras Sedang menyerut Jontal (Daun Lontar). Datu Kemang sedang mengerjakan pekerjaan rumah.
Datu Maras : Bagaimana keadaan anak Kita, Dinda! Apakah dia baik-baik saja.
Datu Kemang : Alhamdulillah Kakanda, anak kita baik-baik saja.
Datu Maras : Apakah Adinda sudah mengajarkan segala yang harus diketahui oleh anak kita, seperti: memasak, menenun, dan merapikan rumah.
Datu Kemang : Alhamdulillah sudah, Kakanda. Hanya saja, anak kita masih butuh bimbingan Kakanda.
Datu Maras : Syukurlah kalau begitu. Pada saatnya nanti dia juga akan belajar sendiri.
Datu Kemang : Adinda juga berharap begitu Kakanda.
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketok.
Datu Oyang : (dari luar) Assalamualikum.
Datu Maras : (Menjawab) Waalaikum salam. (pada istrinya) Tolong bukakan pintu itu Dinda!
Datu Kemang : (bangun dan menuju ke pintu masuk). Tunggu sebentar! Siapa ya yang datang!
Datu Oyang : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Datu Kemang : Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. (mempersilakan masuk) Mari, silakan masuk Dea ke Lala!
Datu Oyang ke Datu Onye mengambil tempat duduk. Datu Oyang duduk dengan Datu Maras, Datu Onye duduk dengan Datu Kemang. Mereka bersalaman layaknya orang yang baru ketemu.
Datu Maras : Alhamdulillah, kami merasa bangga dikunjungi oleh Dea malam ini. Kami merasa tersanjung atas kunjungan Dea ke Lala. Silakan duduk!
Datu Oyang : Terima kasih atas sambutannya Datu. Kami merasa bahagia disambut seperti ini!
Datu Maras : Apa gerangan yang membuat Datu berkunjung ke rumah kami yang sederhana ini.
Datu Oyang : Kami mendengar bahwa datu sekarang sedang menyelesaikan pembangunan masjid di kampung ini. Kami senang mendengar kabar tersebut Datu.
Datu Maras : Masyarakat terlalu membesar-besarkan pekerjaan tersebut. Saya menganggap hal itu biasa-biasa saja, Datu! Itu merupakan tugas kita sebagai seorang muslim!
Datu Oyang : Saya sependapat dengan Datu. Pembangunan masjid memang merupakan tugas kita sebagai seorang muslim, hanya saja, kami merasa bersyukur bahwa pembangunan masjid itu Datu yang tangani. Saya merasa pekerjaan itu dipegang oleh orang yang tepat.
Datu Maras : Mudah-mudahan berhasil, karena memang itu yang kita harapkan, Datu!
Datu Oyang : Insya Allah akan berhasil, Datu! Ngomong-ngomong, Saya tidak melihat putri kesayangan Datu! Dimanakah dia sekarang, Datu?
Datu Maras : Astagfirullah, Dinda. Kenapa minumannya belum ada. Kami sudah berbicara dari tadi tapi minumannya belum ada.
Datu Kemang : Iya ya! Maaf saya lupa, maklum keasikan ngobrol dengan Datu Onye. (memanggil) Ananda Daeng Balong, cepat sedikit dikeluarkan suguhannya!
Datu Balong : (menyahut dari dalam) Sebentar Bunda! (Masuk pentas sambil membawa suguhan dan meletakkan di depan orang tua dan tamunya. Selanjutnya dia masuk lagi).
Datu Oyang : Sudah besar dan cantik Anak Datu! Apakah sudah ada yang lamar Datu?
Datu Maras : Dia masih kecil dan juga belum ada yang datang melamar.
Datu Oyang : (Badenung adalah pihak laki-laki meminta pada ayah si wanita agar anaknya mau dijodohkan dengan anaknya dan agar si wanita jangan sampai jatuh ke tangan anak orang lain) Saya juga mempunyai anak yang cukup dewasa, sepertinya tidak jauh beda umurnya dengan anak Datu. Bagaimana kalau kita jodohkan saja anak kita Datu? (balawas) Kemang Komal Sideng Sia—Angan Kupina Rasate—Rela Ke Ajan Tukemban.
Datu Maras : Begitu juga baik. Saya juga setuju, tapi apa tidak terlalu kecil jika kita jodohkan Datu? (balas lawas) Kemang Komal Katukemban—Tuanggop Tanja Makassar—Tuarap Sia Yasumping.
Datu Oyang : Saya rasa anak sebesar putri Datu, cukup pantas untuk kita nikahkan dengan putra saya. Saya rasa mereka akan menjadi pasangan yang pantas dan serasi Datu!
Datu Maras : Alangkah baiknya kalau kita adakan Basamulung (memperkenalkan calon pengantin laki-laki dengan calon pengantin wanita) terlebih dahulu Datu, agar mereka dapat saling memahami satu dengan lainnya.
Datu Oyang : Saya setuju sekali dengan usul datu. Sebaiknya kita percepat saja Datu? Tampaknya sudah malam, sebaiknya kami pamit dulu Datu!
Datu Maras : Apa tidak terlalu cepat.
Datu Oyang : Lain kali kami kembali lagi, Datu!
Datu Maras : Baiklah Kalau Begitu!
Datu Oyang dan istri keluar panggung. Lampu padam. Musik masuk.
ADEGAN 2
Panggung Menggambar Rumah Datu Maras. Ada Datu Maras, Istri, dan Anaknya Daeng Balong Riri. Kemudian Datang Datu Datu Oyang, Istrinya, dan Daeng Rama Prange. Kegiatan Yang Ditampilkan Adalah Basamulung.
Datu Maras : Bagaimana dengan kesiapan anak kita dinda, apakah dia sudah mahir dalam mengerjakan pekerjaan rumah?
Datu Kemang : Insya Allah, putri kita tidak akan mengecewakan kakanda. Adinda sudah mengajarkan seluruh pengetahuan Adinda yang akan dipergunakan di dalam menempuh bahtera rumah tangganya nanti.
Datu Maras : Syukurlah kalau begitu, mudah-mudahan anak kita tidak mengecewakan suaminya nanti ya, Adinda!
Datu Kemang : Insya Allah, putri kita tidak akan mengecewakan Kakanda!
Datu Maras : Bukankah malam ini Datu Oyang dan Daeng Rama Prange akan berkunjung kemari Dinda?
Datu Kemang : Benar Kakanda. Mereka janji akan datang kemari selepas Isya!
Datu Maras : Mungkin sebentar lagi mereka akan datang Adinda!
Dari luar terdengar suara orang mengucapkanan salam.
Bersama-sama : (dari luar) Assalamualaikum!
Bersama-sama : (menjawab) Waalaikum Salam. Sepertinya mereka sudah datang adinda! Tolong buka pintunya, Dinda!
Datu Kemang : (pergi membuka pintu) Silamo!!
Datu Oyang : Terima kasih (Mereka bertiga masuk)
Ketiga tamu mengambil tempat yang tersedia.
Datu Maras : Bagaimana keadaan Datu dan keluarga malam ini, apakah sehat-sehat saja?
Datu Oyang : Alhamdulillah kami sekeluarga sehat-sehat saja. Bagaimana dengan keluarga di sini, apakah juga sehat-sehat!
Datu Maras : Alhamdulillah kami juga sehat-sehat seperti yang datu lihat!
Datu Oyang : Syukurlah kalau begitu!
Masuk Daeng Balong Riri membawa suguhan untuk tamunya.
Datu Maras : Duduklah Ananda di situ, temani Daeng Rama Prange ngobrol. Tampaknya dia kesepian sendirian dari tadi.
Daeng Rama : (Malu-malu)
Datu Maras : Silamo Kalian berbicara di sana, kalian tidak usah takut jika pembicaraan kalian kami dengar.
Daeng Rama : Terima kasih (tapi masih malu-malu begitu juga dengan Daeng Balong Riri).
Datu Maras : Jika kalian masih malu-malu begitu, kami akan ngobrol-ngobrol di dalam. Kalau begitu, (pada Datu Oyang) mari kita ke dalam! Tidak enak kita di sini kayaknya!
Datu Oyang : Baiklah kalau begitu, biarkan mereka berbicara dari hati ke hati datu!
Mereka berempat keluar panggung
Daeng Rama : Wahai Adinda, Siapakah nama Adinda?
Daeng Balong : (malu-malu) Nama Adinda Daeng Balong Riri Kakanda!
Daeng Rama : Nama yang indah sekali. (lawas) Kaling Punamo Kunganyang—Sateris Sampar Baringin—Kugantong Panatal Mateq. Batulan Kewa Pamanyang—Balong Batempa Ke Singin—Patitsi Kubantal Mate. Kakanda bernama, Daeng Rama Prange! Kakanda lihat adinda Daeng Balong Riri sangat cantik, sangat sesuai dengan namanya!
Daeng Balong : Ah, Kakanda! Kakanda terlalu pandai memuji, adinda jadi malu!
Daeng Rama : Adinda yang kelihatan malu semakin membuat kakanda jadi semangat malam ini.
Daeng Balong : (malu-malu) Ih, Kakanda.
Daeng Rama : (Balawas) Ajan Sampama Kumungka—Satemung Den Eta Bangi—Sarepi Mate ning Badiq. Ajan Sampama Katingka—Satemung Kita ning Jangi—Rela Ke Atemu Yandi.
Daeng Balong : Kuroasi Turit Sia—Tupasang Jangipo Dunung—Pamendi Naqmo Sayate.
Daeng Rama : Kupendi Nongka Sayate—Parana No Kugantuna—Kubela Mana Ke Nyawa.
Daeng Balong : Lamin Tutu Kayu Budi—Pina Palemar Parai—Baso Tembu ning Lambayung. Lamin Tutu Sia Pendi—Mara Tima Ketong Tali—Kalembu Tusaling Gayong.
Daeng Rama : Apapo Ampo Mususa—Lamin Aku Dadi Benteng—Tumate Saling Pajele.
Daeng Balong : Lamin Olosi Panotang—Mana No Rampak Bajango—Pamendi Ada Pang Sia.
Daeng Rama : Sendang Muntu Angan Ate—Datang Senap Ko Parana—Goyo ning Masa Tukompal. Mayang Bua Orong Benrang—Kuanggop Tanja Salimpat—Bakeal Untung Gamana.
Daeng Balong : Entek Anar Siwa Ilat—Enti Kemang Muntu Komal—Kahajat Sia Dapatmo.
Daeng Rama : Batamo Ungkap Ya Ujan—Balongmo Tugulung Layar—Ingat Naq Melong Lako Len.
Daeng Balong : Parana Long Kayu Jawa—Noroa Rabewe Peno—Cukup Rep Santung Ke Sia.
Dari luar panggung terdengar suara memanggil
Datu Oyang : Ananda Daeng Rama, sebentar lagi kita pulang. Ananda bersiap-siap!
Daeng Rama : Baik Ayahanda! (pada Daeng Balong Riri) Kakanda akan pulang. Kakanda akan selalu merindukan, Daeng. Percayalah dinda!
Daeng Balong : Adinda juga akan selalu merindukan kakanda. Yakinlah Kakanda!
Masuklah kedua orang tua pasangan tersebut ke panggung. Mereka pun berpamitan antara satu dengan lainnya.
Datu Maras : (perintah) Putriku masuklah. Hari sudah malam
Daeng Balong : Baiklah Ayahanda!
Datu Maras : Jangan lupa berdoa sebelum tidur!
Daeng Balong : Insya Allah Ayahanda. (keluar, tapi sebelum keluar dia melepaskan senyum kecil ke arah Daeng Rama Balong).
Setelah Daeng Balong Riri tidak kelihatan. Maka Datu Oyang menyampaikan isi hatinya kepada Datu Maras.
Datu Oyang : Datu, insya Allah seminggu lagi utusan keluarga kami akan kemari untuk “Tama Bakatoan.”
Datu Maras : Datanglah, pintu rumah kami selalu terbuka untuk keluarga, Datu!
Datu Oyang : Kami pulang dulu! (bersalaman diikuti juga oleh Daeng Rama Prange)
Datu Maras : Selamat jalan, semoga selamat sampai di rumah.
Mereka ke luar panggung. Lampu mati. Musik mengiringi kepergian mereka.
ADEGAN 3
Terlihat keramaian di Rumah Datu Oyang. Di situ banyak sekali “Sito.” Beberapa orang utusan sudah berdatangan ke rumah Datu Oyang. Orang-orang tersebut sekitar enam orang. Mereka merupakan orang-orang pilihan yang akan menyampaikan lamaran (Tama Bakatoan) ke rumah Datu Maras. Tampak di situ Datu Oyang dan istri sedang menyiapkan strategi agar acara Tama Bakatoan berjalan lancar.
Datu Oyang : Apakah persiapan sudah lengkap Dinda!
Datu Onye : Alhamdulillah Sudah Kakanda. Sekarang ututsan ini sudah dapat berangkat.
Datu Oyang : Aping Haji, apakah sudah siap untuk berangkat?
Aping Haji : Insya Allah Kami Siap! Doa kan saja agar kami berhasil!
Datu Onye : Aping Haji yang menjadi Juru Bicara. Untuk penentuan besarnya Pamako dari keluarga sana, kami berharap agar ditangani oleh Aping Ijaq!
Aping Ijaq : Saya siap, Daeng! Cuma berapa besar permintaan mereka akan kami sampaikan setelah pulang dari sana, Daeng!
Datu Oyang : Baiklah, Apapun permintaan mereka tolong disampaikan sedetail-detailnya. Asalkan sekarang, bagaimana agar “Sito” kita diterima dahulu oleh keluarga Datu Maras. Itu yang penting kami rasa!
Aping Haji : Betul kata Datu, saya sepakat dengan itu. Biar Sito kita dahulu diterima. Kalau Sito sudah diterima, maka urusan lainnya dapat kita selesaikan belakangan!
Datu Oyang : Kalau semua sudah lengkap, sepertinya sudah tidak baik terlalu lama berangkat, agar keluarga Datu Maras tidak terlalu lama menunggu.
Aping Haji : Baiklah kalau begitu. Kami berangkat dulu. Doakan agar perjalanan ini dapat membawa sesuatu yang baik seperti yang kita harapkan!
Mereka meninggalkan rumah Datu Oyang. Seluruh tim telah berangkat untuk menunaikan tugas mulai. Tinggal Datu Oyang dan istri saja.
Datu Oyang : Dinda, sebaiknya kita berdoa agar apa yang kita harapkan dapat dikabulkan oleh Allah SWT.
Datu Onye : Dinda juga berharap agar apa yang kita hajatkan dapat dikabulkan oleh Allah SWT, Kakanda,
Datu Oyang : Apakah Anak kita sudah diungsikan ke rumah pamannya, Dinda?
Datu Onye : Sudah Kakanda, Kita akan menjemputnya 3 hari menjelang acaranya.
Datu Oyang : Mari kita shalat dulu Dinda, kita memohon petunjuk pada Allah SWT.
Datu Onye : Kita wudhu dulu Kakanda!
Datu Oyang : Mari Dinda!
Mereka pun keluar pentas. Musik mengiringi kepergian mereka. Lampu perlahan-lahan padam.
ADEGAN 4
Panggung menggambarkan suasana di rumah Datu Maras. Ada beberapa orang di ruang tamu. Mereka juga asyik berbincang dan berdiskusi. Peristiwa pada adegan ini menggambarkan suasana orang yang “Tama Bakatoan”.
Tahapan-tahapan yang dilalui dalam tama Bakatoan
1. Datang Mula (Ntek Sito)
Lawas-Lawas yang berisi petatah-petitih, Seperti kata-kata berikut: (permintaan dari pihak laki-laki) Ajan Sampama Katingka—Batemung Untung Ke Rela—Lebe Jina Kurasate—Ade Sia Yakukango—Na Kena Roasi Bosan—Bakaring Kamimo Baeng Jampang.
2. Saputus Karante (Sen-Lemar/Mako)
Isi Pamako disampaikan oleh pihak wanita
Kaum laki-laki melakukan tawar-menawar terhadap Pamako yang diinginkan oleh kaum pihak wanita.
3. Basaputus
ADEGAN 5
Pertemuan keluarga di rumah Datu Maras. Waktu selepas Magrib sebelum Isya. Daeng Balong Riri telah dijemput dari rumah Pamannya. Ada seorang perempuan yang dituakan untuk menyampaikan bahwa Daeng Balong Riri akan dikawinkan dengan Pangerang Rama Prange (Bada/Rabaya). Daeng Balong Riri dikelilingi oleh beberapa perempuan.
Tau Loka : Anakku, ada yang ingin kusampaikan kepadamu!
Daeng Balong : (hanya menantap dengan pandangan mata nanap)
Tau loka : Anakku, mulai malam ini ananda sudah tidak boleh keluar lagi
Daeng Balong : Kenapa Apink! Kenapa Saya tidak boleh keluar rumah lagi. Apakah ada perbuatan salah yang telah saya lakukan?
Tau Loka : Bukan! Ananda tidak melakukan kesalahan. Hanya saja…
Daeng Balong : Hanya saja kenapa Aping?
Tau Loka : Begini cucuku! Kamu akan dinikahkan dengan Pangeran Rama Prange!
Daeng Balong : (Langsung Bito sambil mengucapkan kata-kata) Ina a a… Roa Ate Sia Ina. ………Masi Sate Kulonas… Ina a a a a a a a ……
Suara dari luar : Jangan Mau. Na roa tode soq o. pamako laser sanene. Ampo nongka cocok kutele nya ke kau Daeng.
Aping Haji : Jangan hiraukan suara itu. Itu Cuma orang yang iri saja!
Suara dari luar : (ketus) Ngaromu sanenge aku.. Kamu cantik sedangkan yang laki-lakinya masih ingusan. Dia tidak akan mampu membahagiakan kamu. Pokoknya kamu jangan terima.
Daeng Balong : (makin keras melolong/Bito) Inaq… Ngasi Ateku Pe Inaq…Baseka Lampa Parana…Ling Tokal Kita Sama Len…
Aping Haji : Coba tedu anu ning luar! Kamu diam! kalian jangan merusak suasana! Jangan dengarkan suara-suara itu. Mereka adalah orang-orang yang tidak puas, Cucuku!
Suara dari luar : (basanggaru) Lamun nom sanenge aku, murugi ari balong! Mukeang beka tode bero rua.
Daeng Balong : (tambah keras menangis)
Aping Haji : Allah SWT sudah mempertemukan jodohmu, Cucuku! Siapapun dia, dia adalah pilihan hidupmu yang terbaik!
Suara dari luar : Jodoh yang terbaik apanya! Calonmu itu orangnya roa Bataro, maen sabai, roa nginum ke maboq. Kamu nanti pasti akan ditelantarkan!
Aping Haji : (bijak) Apa yang dikatakan oleh orang-orang itu semuanya tidak benar cucuku! Sekali lagi Aping katakana, mereka-merekaitu adalah orang yang tidak punya kerjaan dan ingin merusak kebahagiaanmu! Hanya Allah SWT yang tahu akan nasib seseorang. Mari kita serahkan hidup dan mati kita pada-Nya! Dede Intan Mua Dewa—Mua Bulaeng Tutino—Penang Intan Manmo Nanges.
Daeng Balong masih terisak-isak. Terdengar suara orang yang membunyikan lumpang selama beberapa menit (Bagontong). Kemudian datanglah beberapa orang perempuan kampung ke rumah Datu Maras sambil membawa “Pe Gutus” (padi yang masih dalam ikatan) dan membawa “Deneng” (alu yang dibuat dari bambu), setelah warga kampung berkumpul, maka mereka melakukan upacara “Nunya Rame/ Bagontong” (yaitu membunyikan lumpang sambil mendendangkan lawas-lawas oleh ibu-ibu yang sedang menumbuk padi tersebut). Kegiatan ini berlangsung sampai jauh malam.
ADEGAN 6
Panggung menggambarkan kegiatan “Antat Pangita.” Keluarga calon pengantin wanita datang menghibur pengantin. Mereka datang bersama orang tuanya masing-masing. Mereka datang sambil membawa kado untuk calon pengantin wanita. Tempat: Kamar tidur pengantin wanita.
Uwan : Sudahlah saudaraku, kamu jangan banyak bersedih. Lihat ini, aku bawakan Kre Alang. Warnanya cocok dengan warna kulitmu. Kamu akan kelihatan tambah cantik dengan warna ini!
Daeng Balong : Aku takut saudaraku!
Uwan : Takut Kenapa?
Imok : Takut yang itu ya!
Uwan : Yang itu apanya?
Imok : Masak kamu tidak tahu yang itu! Ya yang itu!
Icak : Yang itu,,, oh aku tahu.. yang itu kan! Pasti deh yang itu!
Motek : Kamu ini Basanggaru (mengganggu) Saja!
Daeng Balong : Aku takut. Kamu tahu kan, aku selama ini tidur sendiri. Terus tiba-tiba beberapa hari lagi aku akan ditemani oleh seorang laki-laki yang tidak aku kenal. Aku merasa gamang!
Imok : Benar kan dia takut yang itu. Maksudku,,, pokoknya yang itulah!
Uwan : (ketus) Kamu ini yang itu saja dari tadi! Sudahlah! Daeng, Semua wanita yang pernah menikah pernah mengalami hal itu. Bukan kamu saja Saudaraku!
Motek : Benar Kata Uwan, Daeng. Semua orang yang kawin pernah merakan hal itu. Kamu santai saja!
Daeng Balong : Aku tidak bisa santai dan bukan itu saja, Aku juga memikirkan, bahwa setelah menikah aku akan meninggalkan rumah ini dan tinggal di rumah orang lain!
Motek : Dia bukan lagi orang lain. Dia adalah suamimu!
Daeng Balong : Benar dia menjadi suamiku, tapi perasaanku sekarang ini belum bisa menerimanya.
Uwan : Lihat ini Daeng. Aku membawakan kamu perhiasan emas yang dibuat dengan tangan. Sepertinya perhiasan ini cocok sekali di badanmu!
Motek : (memegang dan melihat) Sungguh cantik sekali perhiasan ini. Di mana kamu beli, Uwan?
Uwan : Rahasia, model ini aku gambar sendiri. Kemudian aku suruh tukangnya membuat. Jadi seperti inilah. Aku akan memberikan yang terbaik untuk temanku yang cantik ini!
Daeng Balong : (bergumam) Aku juga tidak akan sedekat ini dengan kalian lagi. Hari-hariku akan hambar, tidak lagi sebebas waktu aku gadis lagi!
Motek : Kami akan sering-sering berkunjung ke rumahmu, Daeng!
Uwan : Aku juga!
Daeng Balong : (masih bergumam) Aku akan kehilangan keceriaan seperti saat-saat yang telah lalu!
Motek : Daeng akan bahagia. Keceriaan yang akan Daeng dapatkan melebihi keceriaan yang Daeng terima selama ini. Daeng pernah lihat Minah Kan. Dia sekarang tampak ceria setiap hari, saya tidak pernah melihatnya murung seperti dahulu. Dia sekarang tambah cantik!
Uwan : Allah SWT telah mempertemukan jodoh yang cocok dengan Daeng! Insya Allah Daeng akan bahagia. Kebahagiaan kita dengan orang tua dapat kita lupakan, karena Allah SWT telah memilihkan jodoh yang tepat dengan Daeng!
Daeng Balong : Aku belum dapat melupakan semua hal yang membahagiakan di rumah ini. Kenangan-kenangan, keceriaan, kebahagiaan yang aku dapatkan selama ini.
Motek : Daeng akan mendapatkan kenangan-kenangan, keceriaan, dan kebahagiaan baru bersama suami Daeng nanti! Saya yakin Daeng akan menemukan sesuatu yang baru di dalam kehidupan ini!
Uwan : Amin!
Daeng Balong : (nanar) Apakah calon suamiku nanti akan dapat membahagiakanku?
Uwan : Semua kita kembalikan pada sang Khalik, Daeng!
Daeng Balong : Terima kasih!
Keluarga dan teman-teman Daeng Balong sudah ada yang pamit, tapi masih juga berdatangan orang lain yang turut bersuka cita dan membawakan sesuatu untuk (Antat Pangita) Daeng Balong Riri. Lampu mulai redup dan padam. Musik miris mengantar kepergian orang-orang tersebut.
ADEGAN 7
Kegiatan Nyorong berpusat di rumah Datu Maras. Sudah banyak orang yang menunggu (Ngadang) di rumah Datu Maras. Mereka berpakaian khas Sumbawa. Keluarga pengantin wanita sudah menyiapkan orang yang mahir balawas. Beberapa menit kemudian datanglah rombongan “Nyorong” dari keluarga Datu Oyang. Kedatangan mereka diiringi oleh tabuhan “Ratib Rabana Ode”. Mereka membawa barang-barang yang sudah disepakati “Sen-Lemar” sekaligus dengan mas kawin “pabeli” juga sudah menyiapkan orang yang balawas. Di situ nanti akan terjadi penyampaian pesan, petatah-petitih dari lawas yang disampaikan.
Sampan Ode Benru Dadi (Pihak Laki/PL)
Balabu Pang Siding Sia
No Pendi Tulang Gamana
Sampan Ode Benru Dadi (Pihak Wanita/PW)
Balabu Pang Siding kami
Bongkar ning Nyonde Pati Leng
Nosoda Ade Kubentan (PL)
Godong Kayusi Salamar
Kanga Panumpan Tungining
Sia Ngining Aku Rara (PW)
Tusatempu Melasakan
Lema Rangkop Ban Salingong
Bangkat Ode Segi Empat (PL)
Tudaet Padu Ke Tamba
Tuser Biniq Sabelik
Batamo Tudatang Antat
Lamin Kurang Sia Tamba
Lamin Lebe Na Samalik
Mawa ade Sia Antat (PW)
Nosi Jina Yatupikir
Nyonde Ada Ke Kadatang
Leang Jepang Tanda Nyonde (PL)
Katubalo Tanja Bebek
Yakamata Nange Langkap
Na kamata Nange Langkap (PW)
Lamin Kurangsi Bagowe
Bebek Kamelar ning Aiq
ADEGAN 8
Kegiatan Barodak-Rapancar. Kegiatan “Barodak-Rapancar” dipimpin oleh “Inak Odak”. Pada kegiatan Barodak akan diiringi oleh tabuhan Gong-Genang. Selama proses Barodak-Rapancar, tabuhan Gong-Genang tidak boleh berhenti. Setelah acara Barodak-Rapancar biasanya diselingi juga dengan Sakeco. Kegiatan lain yang disiapkan adalah “Rajang Basa” (kegiatan memasak yang dilakukan ibu-ibu jiran tetangga sebagai persiapan untuk menjamu tamu yang hadir pada acara selanjutnya). Untuk kegiatan Rajang Basa dapat divisualisasikan dengan “Tari Rajang Basa/ kegiatan ini bisa juga tidak dilakukan.”
ADEGAN 9
Kegiatan berikutnya Ngiring Pangantan. Ngiring Pangantan adalah kegiatan mengarak pengantin pria menuju ke rumah pengantin wanita. Sebelum iringan pengantin laki-laki berjalan, dari keluarga pihak pengantin datang ke rumah pengantin laki-laki untuk dipersilakan menuju ke rumah pengantin wanita. Mempelai pria menaiki kuda menuju tempat nikah. Pada saat ini mempelai pria berada paling depan dan diikuti kaum ibu-ibu dan bapak-bapak. Rombongan terakhir adalah pemain ratob rabana.
Tiba di rumah mempelai wanita, mempelai laki-laki dan rombongan iringan pengantin tidak boleh langsung naik ke rumah pengantin wanita, melainkan terlebih dahulu harus Barupa (menyerahkan hadiah biasanya uang harus dimasukkan ke dalam “pego”). Barupa disimbolkan bahwa kekehadiran satu orang lagi bagi keluarga mempelai wanita tidak akan menjadi beban. Karena calon suami laki-laki berasl dari keluarga yang berkecukupan sandang pangan. Setelah prosesi memasukkan uang ke dalam pego selesai, barulah mempelai laki-laki boleh masuk/naik ke rumah pengantin wanita. Kegiatan ini dilakukan pada waktu sore hari setelah shalat Ashar dan sebelum shalat Magrib.
Akad Nikah adalah pengucapan janji untuk hidup bersama secara sah menurut hukum Islam. Akad nikah dilakukan pada pagi hari. Akad nikah dapat dilakukan setelah Rabaya dan atau seminggu setelah barodak. Biasanya dapat dilakukan setelah selesai acara Bakatoan, tergantung kesiapan kedua belah pihak, terutama keluarga kaum wanita.
Bajelak artinya seorang suami akan menyentuh kening istrinya. Kegiatan ini sebagai simbol bahwa istri harus tunduk kepada suami. Kedua pengantin disusukkan berdampingan, namun pengantin wanita masih menggunakan cadar. Untuk membuka cadar istrinya, seorang suami harus memasukkan uang ke dalam Pego yang telah disiapkan. Sebelum memasukkan uang ke dalam pego, maka si suami tidk boleh membuka cadar istrinya.
Montok Basai adalah sama dengan resepsi perkawinan. Pada acara montok basai, pengantin di dampingi oleh “Inak Odak.” Inak Odak sangat berperan di dalam prosesi upacara perkawinan di Sumbawa Barat.
ADEGAN 10
Kegiatan yang dilakukan pada adegan ini adalah Basarere. Pengantin di Sumbawa tempo dulu tidak saling kenal mengenal. Meskipun sudah menikah, pengantin belum dapat langsung tidur bersama. Ini merupakan tugas berat bagi Inak Odak untuk menyatukan kedua pasangan yang tidak saling kenal-mengenal ini. Kegiatan ini di sebut Basarere atau Isarere (didekatkan/diakurkan). Setelah acara Montok Basai, di rumah pengantin masih banyak teman bermain si wanita. Mereka ikut meramaikan acara dan biasanya ngumpul di kamar pengantin wanita. Mereka juga masih banyak yang tidur dengan pengantin wanita hingga hari kedua setelah proses Montok Basai. Menjelang hari ketiga (dianggap hari final bagi acara Isarere/untuk meluluhkan hati pengantin wanita, jika pada hari ketiga belum dapat diluluhkan hati pengantin wanita oleh pengantin pria maupun Inak Odak, maka bisa saja pada hari itu pengantin laki-laki menjatuhkan talak pada pengantin wanita. Ini pekerjaan yang paling ditakutkan oleh Inak Odak karena dianggap gagal).
Daeng Balong : (mengumpulkan seluruh pakaian temannya ke suatu tempat agar teman-temannya tidak bisa pulang pada hari itu) Kapok kalian! Kalian tidak akan bisa pulang hari ini. Aku telah menyembunyikan seluruh pakaian kalian!
Teman 1 : Di mana pakaianku! Siapa yang telah menyembunyikan pakaianku!
Teman 2 : Pakaianku juga tidak ada. Apakah kamu yang telah menyembunyikannya (pada teman lainnya).
Teman 1 : Tidak, bukan aku yang menyembunyikan. Coba lihat, pakaianku saja tidak ada!
Teman 3 : Pasti ada yang menyembunyikan pakaian kita!
Teman 2 : Benar! Pasti ada yang menyembunyikannya! Tapi siapa?
Teman 3 : Mari kita cari dulu!
Teman 1 : Mari! Kamu cari ke atas Para Bate (loteng rumah panggung). Motek ke Tumang (dapur) dan aku ke Anok Tabongan! (di bawah kolong rumah).
Dan beberapa saat kemudian mereka pun menemukan buntelan pakaiannya.
Teman 2 : Aku sudah menemukan pakaian kita (kedua temannya pun mendekat. Tampak raut bahagia di wajah mereka).
Teman 3 : Mari kita pamit pada Datu Maras dan juga Daeng Balong.
Teman-teman : (serempak) Mari
Daeng Balong : (cemberut) Kalian jangan pulang! Aku akan kesepian tanpa kalian!
Teman 1 : Aku mau ke sawah tetangga besok. Karena ada acara Mataq Rame di sana!
Teman 2 : Aku juga ada acara!
Teman 3 : Papunku sakit parah dan aku yang bertugas untuk menjaganya mulai hari ini! Selamat tinggal! Selamat bersenang-senang ya!
Daeng Balong : (masih saja cemberut) Kalian tega meninggalkan aku sendiri! Kalian kejam! Kalian tidak setia kawan!
Teman 2 : Bukan begitu, Kanti Boro! Kami masih banyak pekerjaan di rumah. Lain kali kami ke sini lagi! (diamini oleh teman-teman yang lain)
Semua teman-teman si wanita sudah pada pulang, tinggallah sekarang dia sendiri. Daeng Rama masuk ditemani oleh Inak Odak.
Daeng Rama : (mendekati pengantin wanita)
Daeng Balong : (beringsut ke samping)
Inak Odak : Wahai anakku, janganlah kamu menghindar, karena dia sekarang sudah menjadi suamimu!
Daeng Rama : Betul, Dinda. Sekarang kakanda sudah menjadi suami.
Daeng Balong : (pasang muka masam)
Inak Odak : (membujuk) Jangan pasang muka begitu! Kamu sekarang sudah menjadi seorang istri dan dengan begitu kamu kelihatan kurang cantik!
Daeng Rama : (balawas) Manasi Ling Mutulang Do—Nake Sangka No Kunotang—Aku Tunotang Nonda Man. Pasanglah wajahmu yang cantik itu istriku! Kubara Jaran Ko Badi—Kusangola Lutuk Tingi—Lantas Pola Bao Batu. Kanatang Kaku Ko Andi—Kudatang Temung Kajangi—Lema Na Bola Pang Aku.
Daeng Balong : (beringsut lagi dengan wajah yang lebih masam)
Daeng Rama : (mendekatkan wajahnya lagi dari arah yang berlawanan) Ado Adi Daeng Balong—Ate Belo Ku Ke Yandi—Nan Masimu Lontak Mega—Lamin Pang Aku Andi E—Nyawa Kusera Ke Yandi!
Inak odak : Lihatlah Anakku, begitu cintanya suamimu padamu. Apakah hatimu tidak tergetar mendengar rintihan hatinya.
Daeng Balong : (mulai berubah parasnya, tapi masih saja diam membisu)
Daeng Rama : Lamin Lalo tutit jangi—bilen bulumu satangar—yadadi batang parana. Ta datang batang parana—yatarepa siding andi—gama mutulang ke kemas. Ta datang muka ku andi—tarepa boa rua yandi—totang ling manis kugama. Benru datangmo panotang—mana muntu kuangkang me—kubilen renduk basungu.
Inak Odak : Betapa miris lawas yang diucapkan suamimu anakku. Bukalah hatimu sedikit untuk cintanya yang tulus. Karena dengan diam, tidak akan diketahui apa maumu anakku! Ingatlah, bahwa sekarang Anakku sudah menjadi seorang istri! Akan berdosa seorang istri jika tidak menyambut kasih yang ditawarkan suaminya! Anakku tidak ingin menjadi hamba yang berdosa, kan!
Daeng Balong : (mulai buka mulut) Saya tidak ingin menjadi orang yang berdosa.
Inak Odak : (memanggil Daeng Rama agar mendekat—Daeng Rama mendekat) Peganglah erat tangan istrimu, Anakku!
Daeng Rama : (memegang tangan istrinya—dia hanya memandang dengan penuh kasih sayang)
Daeng Balong : (malu-malu tapi tidak menarik tangan dari genggaman suaminya)
Terdengar lantunan musik lagu “Saling Sayang.”
TAMAT
Skenario/Sutradara: Fathi Yusuf
Nara Sumber:
1. Haji Muhadli
2. Abdul Gani, S.Pd.
Label: DRAMA
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda