BAGESA: MATA RAME/BARAMPOK
Skenario: Fathi Yusuf
ADEGAN PERTAMA
Pentas Menggambarkan Sebuah “Bale Kataruk” (Berugak), Ada Dua Orang Yang Sedang Basakeco. Beberapa Helai Jontal Tergantung Menjuntai. Musik: Dua Orang Sedang “Basakeco”
Isi Sakeco Bermuatan Tentang Permainan Rakyat “Barampok”
O Sarea Tau Ade Ada Pang Ningta, Silamo Sia Menong Aran Kami Tentang Sopo Permainan Rakyat Ade Ada Pang Tana Anorawi. Maen Ta Yatusasingin Barampok. Barampok Ta Yasangada Muntu Bowemo Tau Mataq. Boat Barampok Yasangada Kenang Yasangilang Ompa Enti Boat Iwit Muntu Jura Mataq.
Mara Ling Lawas: “ Benru Kutama Desa Ta—Taria Ngantang Samangat—Ate Nonda Sate Mole”
Pang Saman Ta, Barampok Yasangada Siong Yakenang Tubuya Sai Ade Jago. Barampok Yasangada Kenang Tusarame Ramia Desa Darat Ke Tanda Pamuji Kita Angkang Dea Koasa De Basingin Ala Tala.
“Do Desa Kudatang Goyo—Leng Ola Kudange Au—No Kudatang Apa Sia—Sabenar Nonda Koasa—Konang Ramanik Ne Tingi—Mana Leng Sakit Kukaya”.
(Siluet: visualisasikan beberapa permainan rakyat)
Muntu Datang Sopo Masa, Barampok Yasangada Leng Diparsenibud Kenang Tupina Kanyaman Tamue Ade Datang Ko Tana Samawi Nusa Tenggara Barat. Maen Barampok Tusanadi Sopo Aset Budaya Ade Perlu Tulestarikan.
Tarima Kasih Kami Ko Diparsenibud Yasangada Boat Ta. Pangeneng Kami Ko Sia Silamo Tetap sangada Boat ta Bau Belo Bawa Rungan.
Lampu padam seiring berakhirnya sakeco.
ADEGAN DUA
Ada empat orang duduk di sebuah ruangan. Di dinding ruangan tergantung “Male”. Ada yang menyerut jontal dan digunakan untuk membuat rokok. Jontal juga digunakan sebagai alat tulis menulis. Musik mengiring dari sisi panggung (genang aer/todo) dan serunai lolo pe.
Eman : Nonda tegas-tegas tutelas saman ta. Semua kebutuhan pokok semakin membelit leher. Minyak, air, gula dimonopoli oleh segelintir orang yang kemudian dijual dengan harga melambung.
Cun : Tetu kau, Eman. Harga pupuk semakin menjulang saja harganya. Petani terlibat ijon untuk dapat menyambung hidup. Rentenir makin untung saja. Kita semakin dililit utang. Rentenir ta nyang pina kasakit tau.
Meng : Padahal monopoli menurut undang-undang dilarang, tapi nyatanya, terkadang yang membuat undang-undang ini yang melanggar.
Ija : Menurut pepatah sih, disebut dengan “Pagar Makan Tanaman”
Eman : Betul kamu Ija’. Pantas kamu kelihatan lain dengan perempuan di desa ini.
Ija’ : Na Bero Kaka e. tukangila Sa’. Tapi, So ti tuju tubasakola, bau tu to sanene permasalahan hidup. Kita jangan hanya di ninabobokan oleh kekayaan alam. Kita hidup menjadi tidak kompetitif karena masih menggantungkan hidup pada kekayaan alam. Karena, cadangan kekayaan alam suatu saat dapat saja habis. Coba lihat orang Jepang, mereka tidak punya kekayaan alam seperti kita, namun mereka mampu memanfaatkan SDA yang sedikit menjadi Negara maju.
Cun : Aku setuju dengan pendapatmu Ija’. Contoh lain: Negara Singapura yang kecil itu dengan SDA yang sangat minim, tapi mereka juga dapat menjadi Negara maju. Ingatlah bahwa suatu saat SDA akan habis. Berbeda seandainya kita mampu memanfaatkan SDA dengan sebaik-baiknya dan didukung oleh peningkatan kemampuan SDM.
Eman : Apanya yang berbeda! Sumber daya manusia itu yang perlu ditingkatkan. Soalnya, manusialah yang menentukan kelestarian dan keberlangsungannya ekosistem di alam. kita harus dapat memanfaatkan kekayaan alam kita untuk peningkatan taraf hidup kita tetapi bukan dengan jalan menghabiskannya dalam tempo lima sampai sepuluh tahun, melainkan harus mampu kita daya gunakan sepanjang hayat.
Ija’ : Kalau seperti itu, berarti yang paling cocok dengan rumusan kaka’ adalah konsep pengembangan potensi alam untuk kebutuhan pariwisata. Sangat menarik memang, potensi alam yang digarap sebagai potensi pariwisata tidak akan menghabiskan cadangan kekayaan alam. Kekayaan alam yang digarap untuk kebutuhan pariwisata dapat berupa; wisata alam, wisata bahari, wisata budaya dan atraksi wisata (sport tourism) begitu.
Meng : Apa saja sih yang dimaksud dengan wisata alam, bahari, budaya, dan atraksi wisata itu, JA’?
Ija’ : Wisata alam dapat berupa arung jeram, hutan lindung, taman marga satwa. Wisata bahari dapat berupa taman laut (coral reefs), surfing, kano dan boat. Wisata budaya dapat berupa upacara adat, kesenian tradisional, kerajinan tangan rakyat yang memiliki ciri khas masyarakat setempat. Atraksi wisata untuk wisata (sport tourism) atau permainan rakyat di Sumbawa Barat sangat banyak, meliputi: Nganyang, Barampok, Maen Jaran, Mencak, Karaci, Barapan Ayam, dan Barapan Kebo.
Itu kalau kita mau memanfaatkan kekayaan kita untuk dunia pariwisata, maka kekayaan itu tidak akan habis-habisnya. Berbeda seandainya kalau kita hanya akan menambang SDA yang ada, maka suatu saat kita akan jatuh miskin. Coba lihat, Sekarang saja tanah-tanah di desa kita ini sudah mulai menyempit. Berbeda dengan waktu kita masih kecil dulu. Kita masih dapat main gore, maen cilo, maen cop, maen pake, dll.
Cun : Aku dulu suka main Barapan Ayam, Barapan Kebo, Nganyang, Main Jaran, dan Juga Barampok. Sekarang ini, jarang kita dengar yang melakukan permainan ini.
Eman : E dengan ku salebe na. Aku punya pengalaman menarik waktu kecil dulu. Aku pernah menyaksikan orang sering mengadakan permainan “Barampok”. Permainan Barampok yang aku lihat dulu dilakukan setiap selesai panen. Suasananya meriah sekali, ada gong genangnya, terus yang menontonnya juga berdatangan dari berbagai pelosok. Padahal, banyak di antara mereka yang luka, giginya tanggal, mukanya lecet. Anehnya, mereka yang Barampok itu setelah selesai pulang dengan tertawa sambil bergandengan tangan.
Meng : Kan sekarang banyak kita lihat Tinju di televisi, buat apa kita mengadakan permainan Barampok ini.
Eman : Itu beda dong, Meng. Tinju dan barampok memiliki ciri khas tersendiri. Barampok merupakan sarana untuk mempererat tali solidaritas sesama kita setelah selesai panen, sambil mencari hiburan yang mendidik generasi muda yang ada sekarang.
Ija’ : Kaji setuju dengan ke Sia. Yang dilihat oleh pendatang adalah perbedaannya, nilai-nilai yang diemban, serta sikap kita terhadapnya. Kalau semua sama, jangan harap ada yang mau datang menyaksikan permainan ini. Buat apa mereka datang jauh-jauh ke suatu tempat, jika di tempat itu mereka akan melihat yang ada di kampung dan negaranya. Kalau kita lihat, maka mungkin saja permainan di kampung para wisatawan itu lebih baik dan lebih maju dari kita, tetapi yang ingin dilihat oleh mereka adalah perbedaannya (daya beda). Inilah nilai jual yang sangat tinggi untuk dunia pariwisata. Kita harus dapat membaca kondisi ini, nilai beda sama dengan nilai jual.
Cun : Tetu ti so Kau Ija’, nime kam dapet karante so. Kam mu gera mupintar kabali, de aji nuya anu tau so pe, kupararimu!
Meng : Na mangkutik bro kau, Cun. Na kubaya Mina nengka. Beka’po yagalengengmu.
Ija’ : Mangkutik, mara tau nonya anak na bae. Masi sia taruna bae no kuroa sia, apalagi kam telu anak sia.
Cun : E nanta kau Ija’, peno tau dadara saman sa balege ke tau loka.
Ija’ : Ba beka’po pernya, ansal na aku, bae ti. Lamun aku nom pen na.
Cun : Mubadosa mubeling bro ke aku nengka, Ija’! kususamu karing mulalo buya lo baleku, no kucarik ke.
Ija’ Na kubuya sia beka po. Tau taruna bae kasaga kubuya, apalagi tau yam sia, roamo renjo ke rengkong.
Meng : (senyum-senyum) E sanak sabai salaki, sudamo tu batengka. Perso sa, seperti elit politik saja bertengkar. Biar mereka saja yang suka bertengkar. Kalau, kita harusnya Cuma melihat dan mendengar saja “Gesa” mereka. Kalau mereka berbohong jangan dipilih lagi untuk lima tahun ke depan.
Ija’ : Ba di’ na mangkutik, yarayu tubeka. Sepan no tu tan kam lo bine anak, masi sate samangan taya. Aji taya no pekok, mega ti. (lawas) Ngaromo sia dengar lawas sa “Na susa sanak salaki—nisung batu kakupasang—ingat sia lupek… lupek...lupek”
Cun : Sala lingmu so Ija’! Nongkamu tan ke, bine ku sen ngeneng ampun runtung petang. (balawas) Apapo Ampo Mubuya—Idung Bakolar Ke Papar—Senap Rena Nyaman Ate. Bam jerangmo so.
Ija’ : I narua na, nongka tu roa karing menghina. jerok loka-loka tau so. No tan di’na, Ne (kaki) kam katalat sabela, karing tutari waya bae ti. (balawas) Kupendi Nanta Sia e—Balangan Renjo Ke Rengkong—Ten Mudi dadi Rembong Yen.
Cun : Na’ musadunu karoa tuhan kau Ija’, mubadosa mubeling berko ke aku.
Ija : Beka po, ansal na terus sia bagerik, apa bage sa masi po mawal.
Cun : Na’ mukarante masih mawal, masi uda kurepu bae, daripada belo kujarejok.
Ija’ : (marah) Na rua tau loka so, no palang-palang beling ke dita. Sijar sia tau mira kapia.
Cun : Kamu kalau marah semakin cantik saja, Ija’! Aku semakin terpesona padamu. Seperti lawas: ayam ngaram poto para—tusedu-sedi mangkeok—haram tumpan nyaman ate—nanta lala rumi lalo.
Ija’ : Baki!
Eman : (menengahi) Sudahlah, Aku punya usul, bagaimana kalau kita adakan pertandingan Barampok ini, sekaligus untuk melestarikan asset bangsa juga dapat dijadikan sebagai pembelajaran nilai-nilai kebersamaan dan kesatuan kepada generasi kita untuk masa yang akan datang.
Cun : Aku setuju.
Ija’ : Kaji juga setuju. Permainan ini juga sangat menguntungkan kita. Kita dapat mengundang seluruh masyarakat dari lima kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat, bahkan se NTB.
Eman : Bagaimana dengan kamu, Meng?
Meng : (berpikir) Bagaimana ya, terserah kalian sajalah. Aku menerima saja.
Eman : Jangan begitu dong, Meng! Kita harus kompak!
Meng : Aku trauma, soalnya dulu waktu ada acara barampok, aku di pukul oleh si Neng hingga pingsan.
Ketiga : (Ketawa semuanya)
Cun : U… nanta na, bro ke kanti.
Meng : Na’ ngejek bro, kele sa rua mutulang masih lo kupatik maen so ku dunu. Namucoba, karing mu biru nengka.
Cun : (mengeluarkan jurus) Tu tes ke…
Meng : (berdiri) Lamun so anu mubuya, saya layani…
Cun : (mengambil jurus-Ngumang)
Musik Srama, Eman dan Ija’ memberi semangat. Setelah beberapa saat Cun dan Meng kelelahan. Musik juga berhenti.
Eman : (pada Ija’) Tolong buat pengumumannya, sampaikan kepada mereka tentang kegiatan ini.
Ija’ mengambil Jontal dan Pangat-kemudian menulis di jontal itu-melihat hasilnya.terdengar suara Lolo Pe).
Eman : Gimana, apa isinya?
Ija’ : (Membaca pengumuman) Pengumuman. Kami mengundang sarea rama peno untuk ikut ambil bagian pada acara permainan Barampok. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada Hari, sabtu tanggal: 4 Oktober 2004; tempat: Taman Budaya Mataram (menyerahkan jontal pada Eman).
Eman : Terima Kasih (pada Cun dan Meng) Kalian Besok harus menyampaikan pengumuman ini pada seluruh masyarakat NTB.
Mereka: Siap.
Mereka semua keluar panggung. Musik genang aer/todo dan serunai lolo pe mengiringi kepergian mereka. Lampu padam.
ADEGAN TIGA
Musik Tarian “Mata Rame”, Dilanjutkan dengan Masuknya Penari Mataq Rame. Tarian Mata Rame Mengawali Kegiatan Barampok. Setelah Tarian Selesai Dilanjutkan Dengan Musik Temung Srama. SUASANA: arena Barampok di tengah sawah yang telah selesai di panen. Eman, Meng, Cun, dan Ija’ ada di sekitar arena sebagai panitia.
Beberapa orang yang ngumang
Beberapa orang yang barampok
Beberapa orang sanro
Beberapa orang yang menonton
Selesai musik Mata Rame dilanjutkan dengan musik “Malangko”. Permainan Barampok divisualisasikan dengan Tari “Barampok”.
Tau Barampok : Ngumang
“Beling Kolo Alang Aji
Samung Leng Bubit Lamenta
Ta Nyonde Linang Buya Tat
Buemo Kupenro Desa
Kalis Seran Ko Sakongkang
Kututet Timal Sapurang
Tau Umung : (Memperkenalkan-Memanggil Tau Barampok)
Barampok 2 : Ngumang
“Jangi Olat Si Kutengke
Datang Malang Mara Teja
To Nyonde Undang Karoa
Karoa Kutama Lenang
Siong Datang Buya Timal
Belo Langan Jango Sanak”
Juri : Mempertemukan
Beberapa Orang Memberikan Aplaus.. HO HAM MA…HO HAM MA… DST.
Wasit : Mempertemukan Tau Barampok 1 & 2
Pendukung Ngumang tim 1
“Lepas Aku Papen Gani
Perat Ima Sate Ngumang
Tusamaras Tu Barampok
Jina Maras Tubarampok
Barundang Diparsenibud
Sate Rame Desa Darat”
Ngumang pendukung tim 2
Bua Kenras Sate Ngumang
Boe Ngiat Tolang Isi
Sate Tama Lo Barampok
Barampok Intan Barampok
Bolang Carik Tu Desa Ta
Mura Ero Tubarema”
Begitu Selanjutnya “Ngumang” Sampai Permainan Berakhir
TAMAT
Skenario/Sutradara: Fathi Yusuf
Pendukung Kegiatan
Sanggar Rampak Sengo (Saras)
Kerukunan Masyarakat Seni Samawa (Kemas-Samawa)
20 Mei 2006
Label: DRAMA
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda