HUBUNGAN SUMBAWA & SELAPARANG
Kedatangan VOC Belanda ke Indonesia membuat kerajaan-kerajaan di Lombok dan Sumbawa menjadi bagian dari expansi VOC. Kisahnya diawali dengan menutup jalur perdagangan selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan Lombok.VOC juga mengemban sebuah misi keagamaan yakni melakukan kristenisasi kepada penduduk. Gelagat VOC ini langsung diantisipasi oleh Kerajaan Goa Sulawesi dengan menduduki Flores Barat dan membangun kerajaan Manggarai.
Sekitar Tahun 1618 kerajaan-kerajaan kecil di Sumbawa bagian Barat mulai ditaklukkan dan dipersatukan oleh kerajaan Goa. Sementara Kerajaan Gelgel dari Karangasem Bali merasa dirugikan oleh meluasnya pengaruh kerajaan Goa di Pulau Sumbawa, lalu sekali-kali melakukan provokasi ke kerajaan Selaparang Lombok dan kerajaan di Sumbawa bagian barat. Kerajaan Goa tidak tinggal diam, kemudian mendekati kerajaan Gelgel di Bali. Ketakutan Raja Goa sangat beralasan, karena Belanda paling tenar memecah belah kerajaan yang ada untuk kepentingannya.
Pada Tahun 1624 Raja Goa kemudian menanda tangani sebuah perjanjian dengan Kerajan Gelgel Bali dalam pembagian penyebaran pengaruh. Kesepakatan itu dilakukan oleh perwakilan masing-masing. Gelgel diwakili pangeran Saganing dan Goa diwakili pangeran Alauddin.
Pada tahun 1633 Kerajaan Bima ditaklukkan oleh Raja Goa, berikut kerajaan Tambora, Sanggar dan Dompu. Tindakan Raja Goa itu, sesungguhnya telah mencemarkan perjanjian yang telah dibuat, namun karena kerajaan Gelgel sedang terjepit oleh Mataram dan kerajaan-kerajaan dari Bali Barat dan Jawa, maka untuk sementara tidak bisa berbuat apa-apa. Raja Goa pun memaafkan kerajaan Gelgel yang menaklukkan Selaparang pada tahun 1640. Dengan takluknya Selaparang, maka kerajaan-kerajaan kecil di Lombok bergabung dan mengakui kekuasaan Raja Goa. Selanjutnya hubungan Goa dan kerajaan kecil di Lombok,khususnya Lombok Timur semakin akrab. Kawin mengawinpun terjadi antara keluarga dari kerajaan tersebut.
Dulu, gelar para Raja di Lombok disebut Pemban, seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, Pemban Parwa, sedang untuk kerajaan kecil pemimpinnya disebut dengan Datu misalnya Datu Bayan, Datu Sokong, Datu Kuripan, Datu Pujut dll.
Pada tanggal 30 Nopember 1648, Putra raja Selaparang menjadi Raja di Sumbawa. Menurut tesis A.A Cense: “De Kroniek van Banjarmasin” mencatat bahwa Sumbawa dan Lombok merupakan satu kerajaan yang berpusat di Lombok. Akhir abad ke 17 merupakan puncak kejayaan dari dua Kerjaan Besar yakni Selaparang di Lombok Timur dan Pejanggik di Lombok Tengah. Kerajaan Pejanggik yang dipimpin oleh Pemban Mas Mraja Kusuma mengembangkan pengaruhnya terlebih lagi setelah diangkatnya Banjar Getas (Arya Sudarsana) menjadi senapati. Kerajaaan kecil seperti Tempit, Kuripan dan Kentawang dan lain- lain ditaklukkan, dijadikan kademangan (wilayah taklukan), hal ini membuat mereka sakit hati dengan kebijakan yang diambil oleh Pejanggik.
Pada saat yang hampir bersamaan, hubungan Goa dengan VOC makin meruncing, pertempuran sering terjadi baik di laut maupun di darat. Pusat kerajaan dipindahkan ke Sumbawa dimaksudkan untuk memusatkan kekuatan melawan VOC. Daerah Selaparang dipandang kurang aman dan tidak strategis lagi karena ancaman Gelgel yang terus mengintai., terlebih lagi Kondisi Goa yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin terjadi perpecahan, ia dihianati oleh beberapa bangsawan Goa. Mengingat keadaan rakyat dalam penderitaan yang tidak berkesudahan, maka pada tanggal 18 Nopember 1667 ia menandatangani perjanjian Bungaya. Setelah itu VOC berusaha menguasai pengaruh Kerajaan Goa dan Pulau Lombok dan Sumbawa. Setelah VOC mengalahkan kerajaan Goa dan mengusirnya maka kerajaan Lombok dan Sumbawa dianggap menjadi satu kerajaan. Sejumlah catatan menyebutkan bahwa antara tahun 1673 dan 1680, kerajaan Sumbawa bertanggung jawab atas wilayah Lombok Timur.
Pada tanggal 16 Maret tahun 1675 timbul pemberontakan di Selaparang. Untuk memadamkan pemberontakan itu VOC mengirim pasukan dibawah pimpinan Kapten Holsteijn. Pemberontakan dapat dipadamkan. Selaparang diwajibkan untuk membayar kepada kompeni sebanyak 15.000 pikul kayu Sepang dalam jangka waktu 3 tahun dengan jaminan Raja Sumbawa meskipun kekuasan Raja Sumbawa atas Selaparang telah dicabut oleh Belanda. Kewajiban itu ditanda tangani oleh Raja Sumbawa Sultan Harunurrasyid I dan dari pihak VOC diwakili oleh Jan France Holsteijn, Gerrit Caster dan Coen Mat van Breijtenbach.
Kemudian Tahun 1677 dan 1678 Kerajaan Gelgel mengirim bala tentara untuk menaklukkan Selaparang namun dapat digagalkan berkat bantuan bala tentara yang dikirim oleh Sultan Sumbawa Harunurrasyid I. Tentara-tentara tersebut berasal dari Kerajaan Taliwang yakni sekumpulan Tau-Tau Karong dari Tepas dan Sermong. Setelah kehancuran Goa oleh VOC pada tahun 1668, pusat penjuangan Kerajaan Goa melawan VOC dialihkan ke Pulau Sumbawa dibawah pimpinan, Daeng Teolo ( Nini Kaki dari Daeng Mayu, Panglima Perang Laut Kerajaan Sumbawa dari Bungin ) , Karaeng Jerinika dan Karaeng Pamelikan. Kedua Karaeng itu kemudian dikabarkan kembali ke Goa Sulawesi dan anak keturunan nya kembali lagi ke Sumbawa untuk membantu pemerintahan Sultan Sumbawa. Dewa Loka Lengit Ling Sampar dan Dewa Ling Gunung Setia..adalah keturunan dari kedua Karaeng tadi.
Begitulah sekelumit hubungan antara Kerajaan Sumbawa dn Selaparang Lombok.
< sumber : babat Selaparang & BUK keluarga.
Label: Sejarah Sumbawa
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda