Kemas Samawi Multiproduction

Kerukunan Masyarakat Seni Samawa Ano Rawi... Seni, Budaya, Sejarah, Pariwisata, dan Pendidikan Samawa

Senin, Mei 11, 2009

TALIWANG DALAM PETA SEJARAH INDONESIA

Oleh: Fathi Yusuf, S.Pd., M.Pd.

Taliwang yang sekarang ini kita kenal sebagai ibu kota baru di wilayah paling paling barat pulau Sumbawa, mempunyai sejarah yang sangat panjang, lebih panjang daripada kehadiran Kesultanan Sumbawa di Sumbawa. Taliwang dan Seran, sebelum masuknya Islam ke Sumbawa merupakan dua kerajaan yang paling besar di bagian barat Pulau Sumbawa (daerah Ano Rawi/daerah matahari tenggelam). Benarkah hal ini? kenapa dalam beberapa buku sejarah Sumbawa dan NTB menyebutkan bahwa kerajaan Seran, Taliwang, dan Jereweh sebagai kerajaan kecil, benarkah demikian? Mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut akan berdengung di pikiran pembaca yang terhormat, atau bahkan mungkin ada yang mengatakan bahwa tulisan ini adalah pembelokkan sejarah.dari sejarah yang telah ada?

Kehadiran Kerajaan Taliwang, Seran (Seram), Hutan dalam Negara Kertagama

Saya mengajak kita semua untuk melepaskan diri dari “zona kenyamanan kita” tentang sejarah Sumbawa yang sudah berkarat di pikiran kita Tau Samawa (baca: orang Sumbawa) selama ini. saya telah membaca beberapa buku sejarah yang membicarakan tentang sejarah Sumbawa, meliputi: Sumbawa Masa Lalu (Suatu Tinjauan Sejarah) karangan Lalu Manca, (1984), Pilar-Pilar Budaya Sumbawa, karya Wahyu Sunan Kalimati (2005), Fakta-Fakta Tentang Sumbawa, karangan Manggaukan Raba (), Sejarah Nusa Tenggara Barat, karangan Lalu Wacana (lupa tahun). Dari beberapa buku sejarah tersebut, Taliwang, Seran, dan Jereweh merupakan kerajaan kecil yang ada di Sumbawa yang menjadi bagian dari Kesultanan Sumbawa.
Buku-buku yang membicarakan tentang sejarah Sumbawa di atas, menurut hemat saya bersumber dari buku karangan Lalu Manca (1984). Apa yang dituangkan dalam buku-buku yang membicarakan tentang sejarah Sumbawa di atas, dapat dibenarkan, karena yang dibicarakan dalam buku sejarah tersebut adalah kerajaan Taliwang, Seran, dan Jereweh setelah Sumbawa ditaklukkan oleh Karaeng Maroangan dari Makassar. Maka, ketiga kerajaan tersebut menjadi bagian dari Kesultanan Sumbawa, yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama “Tana Kamutar Telu.” Kenapa menjadi Kamutar Telu? Kenapa harus ada kerajaan di dalam kerajaan? Apa itu Tana Kamutar Telu? Pertanyaan tentang ini akan coba diperjelas pada tulisan lainnya..
Marilah sekarang kita tengok kembali pada persoalan yang sebenarnya, yaitu, kehadiran Kerajaan Taliwang dan Kerajaan Seran di dalam Buku Negara Kertagama, karangan Mpu Prapanca. Kerajaan Taliwang dan Kerajaan Seran sudah ada bersamaan dengan kehadiran Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit dengan Patihnya Gajah Mada yang telah melakukan ekspansi ke daerah-daerah sampai juga ke Sumbawa. Berarti, kerajaan Taliwang sudah ada sebelum orang di Sumbawa memeluk agama Islam.
Pada zaman kebesaran kerajaan Majapahit, Patih Gajah Mada mengutus Pasung Rigih sebagai panglima untuk menaklukkan Sumbawa dan dilawan oleh Raja Dedela Nata (Werdamurti). Dalam peperangan ini, Panglima Pasung Rigih dan Raja Dedela Nata, kedua-duanya tewas. Tetapi, armada Gajah Mada terus melakukan ekspansi.
Setelah kerajaan Bedahulu runtuh, maka pulau Bali menjadi kacau-balau. Semuanya menjadi tanggungan Gajah Mada. Dalam menyelesaikan masalah ini, Patih Gajah Mada meminta pertolongan Mpu Kepakisan yang dibantu beberapa orang cucunya untuk menentramkan Pulau Bali. Tiga orang di antaranya diangkat menjadi Cakradara, sedangkan cucu perempuannya dikawinkan dengan Prabu Sukanya yang memerintah Pulau Sumbawa. Keberadaan Prabu Sukanya perlu ditelusuri lebih jauh dengan penelitian yang lebih komprehensif, agar informasi sejarah ini dapat dibuktikan kebenarannya.
Keterangan tentang ini terdapat dalam buku “Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara” karangan Muhammad Yamin (2001). Kerajaan Taliwang dan Seran termaktub di dalam buku Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca Syair Ke-14 dan 15. Kerajaan Taliwang, Seran, dan Hutan termasuk ke dalam susunan Daerah yang Delapan yang meliputi bagian Kelima, dengan susunan Di Sebelah Timur Jawa, Seluruh Nusa Tenggara, sebagai berikut: Bali, Bedulu, Lwa Gajah (Lilowan, Negara), Gurun (Nusa Penida), Taliwang (Sumbawa), Dompo (Sumbawa), Sapi (Sumbawa), Sanghyang Api (Gunung Api, Sangeang), Bima, Seram, Hutan (Sumbawa), Kedali (Buru), Gurun (Gorong), Lombok Mira (Lombok Barat), Saksak (Lombok Timur), Sumba, dan Timor dalam Yamin (2001:60-64).
Berdasarkan informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa Kerajaan Taliwang merupakan kerajaan besar yang ada di Sumbawa saat itu, bahkan jika dibandingkan dengan kerajaan yang ada di pulau Lombok sekalipun. Hal ini diperkuat dengan susunan yang terdapat pada Buku Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca di atas, di mana Kerajaan Taliwang menduduki urutan kelima setelah empat kerajaan dari pulau Bali, baru disusul oleh Kerajaan Dompo (Dompu), Sapi, Sanghyang Api, Bima (Bima), baru kemudian disusul tiga kerajaan dari pulau Lombok.

Penulis merupakan Direktur “Kerukunan Masyarakat Seni Samawa Ano Rawi” (Kemas Samawi) yang begitu perhatian pada bidang Seni, Budaya, Pendidikan, Sejarah, dan Pariwisata Samawa.

Label:

6 Komentar:

Pada 16 April 2011 pukul 12.54 , Anonymous Anonim mengatakan...

salam dari anak Sasak
mohon di ketahui, bahwa Sultan pertama Sumbawa (Harun ALrasyid I 1701-1725 M) adalah anak dari Raden Bantan/Mas Bantan Datu Loka, Kakeknya adalah Raden Subangsa/Datu Taliwang yang beristri "Mas Panghulu" putri dari Raja Selaparang "Dewa Meraja Sri Dadela natha".

Jadi Sultan Harun Arrasyid I memiliki Buyut Raja Selaparang dari pihak neneknya "Mas Panghulu.

 
Pada 14 Januari 2012 pukul 08.54 , Blogger Fathi Al-Qadri mengatakan...

Apa yang Anda katakan benar, karena Sultan Sumbawa keturunan Banjar, begitu pula Datu Taliwang dan Raja Selaparang. Mereka berkerabat dari Sultan Banjar, Kalsel.

 
Pada 14 Januari 2012 pukul 09.10 , Blogger Fathi Al-Qadri mengatakan...

Sultan Sumbawa pertama dari Keturunan Dewa Awan Kuning, Datu Taliwang. Dia menjadi Sultan Sumbawa pada Tahun 1673, bukan tahun (1701-1725 M). Sultan Sumbawa pertama bukan dari keturunan Banjar. Sultan Sumbawa dari keturunan Banjar dimulai sejak diangkatnya Lalu Mesir Abdurrahman yang di Sumbawa di kenal dengan julukan "Datu Pangeran".

Peristiwa yang diangkat dalam artikel di atas tidak ada hubungannya dengan kesultanan Sumbawa, karena Kerajaan Taliwang sudah ada 400 tahun lebih sebelum lahirnya Kesultanan Sumbawa.

 
Pada 24 September 2012 pukul 20.23 , Blogger BELA NEGARAKU NKRI mengatakan...

Saya mendukung artikel yg di angkat oleh pak fathi tentang kebenaran sejarah yg telah buram ini,saya juga sempat membaca sebuah literatur mada karipura,bahwa kerajaan taliwang adalah salah satu kerajaan besar di wilayah nusa tenggara yg sulit untuk di kuasai pada masa itu,dan kerajaan taliwang juga tertera di peta majapahit,namun saya lupa tahun dan tanggal cetak buku itu yg pasti buku itu terbitan tahun 80an

 
Pada 24 September 2012 pukul 20.26 , Blogger BELA NEGARAKU NKRI mengatakan...

teruskan pak Fathi gali terus sejarah taliwang dan kemutar telu sebagai aset budaya daerah samawa barat( ANO RAWI ),literatur itu saya baca ketika saya masih kuliah di bali dan juga di Sebuah lembaga penelitian milik negara tempat saya bekerja,semoga sukses PAK,kapan lg ada lagu kemas samawi yg baru keluar pak

 
Pada 20 Juni 2014 pukul 02.07 , Blogger Fathi Al-Qadri mengatakan...

Bela negaraku NKRI. terima kasih atas atensinya. Untuk lagu, Insya Allah dalam waktu dekat. tolong kalau ada buku-buku yang berbicara tentang sumbawa agar dapat dituliskan apa judul, tahun terbit, dan penerbitnya. Terima kasih.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda