“SARI BULAN”
Alkisah pada zaman dahulu kala, terdapatlah sebuah kerajaan yang tepatnya berada di SUMBAWA TIMUR. Kerajaan ini diperintah oleh seorang Raja yang amat kaya dan tampan, namanya “DATU PANDAI”. Raja ini memerintah dengan arif dan bijaksana. Rakyatnya pun hidup makmur dan bahagia.
Walaupun sudah waktunya, raja belum mau menikah. Padahal rakyat dan para penasehat kerajaan sudah sangat mengharapkannya. Tetapi raja malah mengatakan “orang sibuk sepertiku” tak punya waktu untuk menikah….
“Akankah Sang Raja menuruti kemauan rakyatnya untuk segera menikah?”
“Seperti apakah sosok gadis yang menjadi idaman sang raja?”
“Bagaimanakah kisah selengkapnya…?
“SELAMAT MENYAKSIKAN”
Adegan 1
Malam begitu sunyi, suara binatang malam terdengar nyaring, suara sekeliling sepi, lampu menyorot Datu Panda’i yang tertidur pulas. Dalam mimpi Datu Panda’i bertemu dengan seorang kakek tua. Kakek tua itu pun berkata…
Kakek Tua :”Wahai anakku Datu Panda’i, kamu harus segera menikah. Jodohmu sudah ditentukan, kamu harus menikah dengan gadis yang bernama Sari Bulan, kamu harus segera menikah, menikah….menikah…Sari Bulan…Sari Bulan…Sari Bulan…”
Datu Panda’i :(Terkejut, kemudian bangun dari tidur). “Hah…aku bermimpi, untunglah hanya sebuah mimpi. Tapi mengapa kakek berpesan seperti itu? Dan siapakah gadis yang bernama Sari Bulan? Aku tidak mengerti dengan semua mimpi ini. Sebaiknya tidak usah aku pikirkan. Lagipula mimpi itu hanya sebuah bunga tidur”. “Tidak, ini tidak mungkin…”
Dayang 1 :(Berlari ke tempat Datu Panda’i kaget, khawatir). “Paduka, apa yang terjadi, apa terjadi sesuatu pada Paduka?”
Dayang 2 :”Apa Paduka mau minum, biar pikiran paduka tenang?”
Datu Panda’i :”Tidak, tidak perlu, aku baik-baik saja. Sebaiknya kalian kembali saja, istirahatlah dengan cukup”.
Dayang 1 :”Tapi Paduka, paduka…”
Datu Panda’i :”Sudahlah, aku tidak apa-apa”.
Dayang 2 :”Baiklah Paduka, kami permisi”.
Dayang-dayang out pentas. Datu Panda’I kembali teringat akan mimpinya.
Datu Panda’i :(Bicara sendiri) “Oh Tuhan, pertanda apakah dari mimpi yang kualami ini. Tapi sudahlah…”
Lampu mati, Datu Panda’i meninggalkan panggung.
Adegan 2
Keesokan paginya……
Datu Panda’i :”Cmeng, kamu temani aku disini…”
Cmeng :(Memberi hormat) “Hamba siap Paduka.”
Datu Panda’i :(Pandangan melayang ke sekeliling, berdiri) “Cmeng suasana pagi ini begitu cerah, tapi ada sesuatu”.
Cmeng :”Ampun Paduka, hamba tidak bermaksud lancang, mengapa paduka termenung seorang diri, apakah paduka sedang sakit?”
Datu Panda’i :”Sudahlah, aku tidak apa-apa. Aku sehat-sehat saja seperti yang kalian lihat.”
Bedel :”Tapi paduka, raut wajah paduka hari ini sangat beda, berbeda dengan hari-hari biasanya. Sepertinya ada hal yang paduka sembunyikan dari kami”.
Cmeng :”Betul paduka, wajah paduka kelihatan muram, kami dapat merasakannya. Kesedihan paduka adalah kesedihan kami juga. Seluruh rakyat akan ikut bersedih jika paduka bersedih. Mereka sangat menyayangi paduka”.
Datu Panda’i :”Aku senang kalian perhatian padaku. Tapi benar, aku tidak apa-apa. Kalau begitu kalian kumpulkan semua menteri dan penasehat kerajaan di pendopo istana. Ada yang ingin aku sampaikan”.
Bedel, Cmeng :”Kami siap menjalankan perintah paduka.”
Salah seorang di antaranya out pentas dan memanggil seluruh pegawai kerajaan. Tidak berapa lama kemudian, para menteri dan penasehat kerajaan sudah berkumpul di Pendopo Kerajaan…
Datu Panda’i :”Wahai para menteri dan penasehat, bagaimana dengan situasi kerajaan, apa semua baik-baik saja?”
Menteri :”Ya paduka, semua baik-baik saja sesuai dengan harapan kita semua”.
Penasehat :”Betul paduka, tidak ada pemberontakan baik dari dalam maupun dari luar, semuanya berjalan lancar”.
Datu Panda’i :”Baiklah, aku percaya kalian pasti mampu melaksanakan tugas yang kuembankan pada kalian dengan sebaik-baiknya”.
Penasehat :”Terima kasih atas kepercayan paduka. Tapi kalau diperkenankan, bolehkah hamba brtanya sesuatu kepada paduka?”
Datu Panda’i :”Ya silakan. Dengan senang hati saya akan menjawabnya”.
Penasehat :”Sebelumnya, hamba minta maaf paduka. Apakah paduka tidak mempunyai keinginan untuk menikah? Siapakah yang akan menggantikan paduka kelak?”
Menteri :”Ya paduka, rakyat ingin segera melihat paduka menikah. Rakyat sudah mendambahkan seorang Putra Mahkota yang akan meneruskan kerajaan ini.”
Datu Panda’i :”Sebenarnya hal inilah yang menjadi beban pikiranku beberapa hari ini. Malam itu aku bermimpi didatangi oleh seorang kakek tua berbaju putih. Dia berpesan agar aku segera menikah dengan gadis yang bernama Sari Bulan. Dialah jodohku, dia yang akan menjadi ibu dari putra mahkota yang akan meneruskan kerajaan ini.”
Menteri :”Jadi, mimpi itulah yang membuat pikiran paduka terganggu, sehingga beberapa hari ini paduka kelihatan murung.”
Bedel :”Hamba tidak bermaksud lancang paduka, itu merupakan berita gembira. Seluruh rakyat pasti senang sekali mendengarnya.”
Datu Panda’i :”Itu memang berita bagus, tapi apakah kalian yakin kalau gadis yang bernama Sari Bulan itu ada? Itu kan hanya sebuah mimpi yang belum tentu kebenarannya”.
Penasehat :”Kami semua sangat yakin, jika gadis yang bernama Sari Bulan itu ada. Paduka harus menikahinya. Dan bila perlu, kita adakan saja sayembara”.
Datu Panda’i :”Tidak, aku rasa tidak perlu. Biar aku sendiri yang mencarinya. Aku percayakan kerajaan kepada paman penasehat”.
Penasehat :”Tapi paduka, apakah itu tidak akan membahayakan kesehatan dan jiwa paduka? Kami takut terjadi sesuatu pada paduka”.
Datu Panda’i :”Sudahlah, jangan kalian risaukan. Tugas kalian hanya menjaga istana ketika aku tak ada. Laksanakan saja semua tugas dengan baik.”
Bedel,Cmeng :”Kami siap menemani paduka kemanapun paduka pergi.”
Datu Panda’i :”Tolong kalian siapkan semua perbekalan kami.”
Menteri :”Hamba siap paduka, tapi berapa lamakah paduka akan mencari Sari Bulan? Kalau diperkenankan hamba siap ikut mememani paduka bersama prajurit kerajaan.”
Datu Panda’i :”Sudahlah, paman menteri tetap tinggal saja di istana. Biarlah aku ditemani Bedel dan Cmeng. Kepergianku tidak perlu diketahui orang banyak. Lagi pula aku belum dapat memastikan berapa lama aku akan mengembara. Paman menteri dan penasehat tinggal saja di istana”.
Menteri :”Baik paduka, kalau begitu kami akan persiapkan segala kebutuhan paduka”.
Datu Panda’i :”Ya silahkan. Tapi tunggu, Bedel, Cmeng jangan pergi dulu. Ada hal yang ingin aku sampaikan pada kalian”.
Bedel :”Ya paduka, ada apa?”
Datu Pandai :”Apakah kalian bersedia menemaniku?”
Cmeng :”Kami selalu siap paduka, hidup dan matipun kami rela”.
Datu Panda’i :”Baiklah! Sekarang aku akan berangkat. Jagalah kerajaan ini dengan baik. Selesaikan segala masalah dengan jalan musyawarah. Utamakan kepentingan rakyat di atas segala-galanya. Aku titip kerajaan ini pada kalian.”
Penasehat :”Ya paduka, kami akan menjalankan segala perintah paduka dengan baik”.
Menteri :”Betul paduka, jangan khawatir.Paduka harus berhati-hati , kami akan selalu berdoa untuk keselamatan paduka.Seluruh rakyat akan setia menanti paduka membawa Sang Permaisuri”.
Datu Panda’i :”Terima kasih.Baiklah, saya akan berangkat dulu”.
Penasehat :”Hati-hati paduka…”
Akhirnya Datu Panda’i berangkat bersama Cmeng dan Bedel untuk mencari Sari Bulan. Sementara itu di Istana…
Menteri :”Aku khawatir dengan keselamatan paduka.Mudah-mudahan paduka baik-baik saja dan cepat kembali ke istana dengan selamat”.
Penasehat :”Ya, akupun berharap begitu.Sebaiknya kita berdoa saja.Bagaimana dengan keadaan istana?”.
Menteri :”Syukurlah Kerajaan baik-baik saja, berjalan dengan lancer”.
Penasehat :”Kalau begitu mari kita selsaikan tugas kita masing-masing”.
Menteri :”Baiklah”.(Mereka pergi menyelesaikan tugas masing-masing).
Adegan 3
Tidak terasa waktu berlalu dengan sangat cepat.Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun pun telah berganti.Datu Panda’i telah mengembara jauh dari Istana.Lautan sudah ia seberangi, gunung-gunung yang tinggi sudah ia daki.Namun, gadis yang bernama Sari Bulan belum juga ia temukan.Datu Panda’i hampir putus asa, dan pada suatu hari….
Matahari sangat terik, cahaya lampu menerangi sekeliling Datu Panda’i. Disekitar Datu Panda’i tumbuh bunga-bunga dan terdapat sebuah batu besar. Instrumen musik berbunyi….
Datu Panda’i :”Kita istirahat disini dulu, tenagaku hampir habis”.(Ngos-ngosan seperti orang yang habis lari kecapaian).
Cmeng :”Ya paduka, sebaiknya kita istirahat dulu untuk memulihkan tenaga kita”.
Datu Panda’i :”Cmeng, Bedel kalian tahu tidak, kita telah mengembara jauh dari istana, sudah banyak penampungan yang kita lewati, ini sudah pengembaraan kita yang ke 672 hari, tapi kita belum menemukan seorang gadis pun yang bernama Sari Bulan.Sementara perbekalan kita pun hampir habis”.
Bedel :”Sabarlah paduka, kita pasti akan menemukan gadis yang bernama Sari Bulan itu”.
Cmeng :”Ya paduka, kita tidak mungkin pulang tanpa Sari Bulan, kalau kita pulang perjalanan kita sia-sia”.
Datu Panda’i :”Kalian benar, kita harus tetap bertahan. Lihatlah pemandangan itu sungguh sangat indah”.
Bedel :”Ya Datu, hutan dan lading terhampar luas dan menghijau”.
Cmeng :”Maaf Datu, Kira-kira dimana kita bisa menemukan tempat mata air ya Datu?”.
Datu Panda’i :(Melihat sekeliling) “Dimana ya, sulit sekali menemukan tempat mata air, aku sudah tidak tahan untuk membasuh muka”.
Bedel :(Kegirangan) “Datu, lihat itu Datu, Mata airnya disana. Tidak jauh lagi”.
Datu Panda’i :”Kalau begitu, kalian segera ambil air disana sebagai persediaan kita dalam perjalanan nanti!”.
Bedel,Cmeng :”Baik Datu, kami akan segera pergi.Apa Datu tidak apa-apa disini sendirian?”. (Membawa ‘Toro’ bumbung bambu tempat mengisi air).
Datu Panda’i :”Aku tidak apa-apa, kalian pergilah.Tapi Tunggu, sebaiknya aku ikut.Sebab siapa tahu ada informasi tentang gadis yang bernama Sari Bulan disana”.
Cmeng :”Baiklah Datu, mari kita berangkat”.
Bedel :(Berbisik kepada Datu) “Pucuk dicinta ulam pun tiba, Datu, gadis yang bernama Sari Bulan itu pasti berada diantara Gadis-gadis cantik itu”.
Cmeng :”Betul Datu, apa kami perlu menghampirinya dan menanyakan apakah ada seorang gadis yang bernama Sari Bulan?”.
Datu Panda;I :”Mudah-mudahan dugaan kalian benar.Aku tidak sabar rasanya ingin bertemu dengan pujaan hatiku Sari Bulan.Bedel, coba kamu tanyakan pada gadis-gadis itu!”.
Bedel :”Baik Datu.(Berjalan kearah gadis-gadis cantik itu)(Gugup, terbata-bata) Permisi Dik, ka..kalian ini cantik-cantik semua, apakah diantara kalian ada yang bernama Sari Bulan?”.
Gadis Desa :”(Melihat Bedel agak gugup, lalu mereka tertawa serempak) “Maaf Tuan, tidak ada.Tapi dikampung kami ini ada 2 orang yang bernama Sari Bulan, yang satunya baru satu bulan menikah sedangkan yang satunya masih gadis.Memangnya mengapa dengan Sari Bulan?”.
Datu Panda’i :”Tidak, tidak apa-apa, Cuma ingin tahu saja”.
Gadis Desa :”Oh begitu.Tapi sebentar lagi pasti Sari Bulan juga datang.Biasanya dia datang waktu sekarang ini”.
Datu Panda’i :”Terima kasih, maaf sudah mengganggu”.
Gadis Desa I :”Tidak apa-apa.Tapi, sebenarnya Tuan ini siapa dan datang dari mana?”.
Datu Panda’i :(Agak ragu)”se…sebenarnya saya ini…”
Gadis Desa II :”He..lihat itu Sari Bulan datang”.
Datu Panda’i :”(Terheran-heran, berdecak kagum)”Sa…Sari Bulan, sungguh cantik sekali.Aku belum pernah melihat gadis secantik dia”.
Sari Bulan :(Dengan langkah malu-malu, membawa tempayan).
Lelaki Tua :”Sari Bulan, bawa kemari tempayanmu itu nak! Biar ayah saja yang menimbah airnya”.
Sari Bulan :(Menyodorkan tempayan yang dipegangnya kepada lelaki tua yang tak lain adalah ayahnya) “Ini ayah, tapi biar Sari Bulan saja yang menimbahnya, ayah istirahat saja”.
Lelaki Tua :”Sudahlah nak, biar ayah saja.Sudah, kamu duduk saja disana”.
Sari Bulan :”Betul ayah tidak apa-apa? Saya jadi tidak enak”.
Lelaki Tua :”Sudahlah, duduk sana!”.
Sementara itu Datu Pandai terheran-heran dengan kecantikan Sari Bulan.Dia tidak bisa berbuat apa-apa dan tiba-tiba…
Datu Panda’i :”Cmeng,Bedel ikut aku kesini!”.(Cmeng dan Bedel menurutinya dan berjalan mendekat ke tempat ayah Sari Bulan berada).
Datu Panda’i :”Ma….maaf pak, boleh saya bertanya sebentar?”.
Lelaki Tua :”Ya, silakan dengan senang hati”.
Datu Panda’i :”Apa benar gadis tadi itu bernama Sari Bulan dan apakah dia itu anak bapak?”.
Lelaki Tua :”Oh benar tuan, dia itu Sari Bulan putri saya.Memangnya ada apa dengan Sari Bulan?”.
Datu Panda’i :”Oh tidak apa-apa saya Cuma ingin tahu saja.Ngomong-ngomong apakah bapak tinggal di kampung ini?”.
Lelaki Tua :”Ya tuan, saya rakyat disini, silakan saja tuan mampir ke gubuk kami”.
Datu Panda’i :”Ya pak, kapan-kapan saya pasti mampir ke rumah bapak”.
Lelaki Tua :”Baiklah, saya permisi dulu, mari tuan”.
Datu Panda’i :”Ya pak, mari…”
Sari Bulan :(Mari tuan)”mari tuan..”
Datu Panda’i :”(Terheran-heran dan berdecak kagum).
Gadis Desa I :”Hai tuan, kok bengong, Tuan tertarik ya pada kecantikan Sari Bulan? Dia memang anak yang cantik.Cantik luar dalam”.
Datu Panda’i :(Kaget)”Ah tidak, kalian bias saja”.
Gadis Desa II :”Tuan tidak usah bohong.Sebaiknya Tuan cepat melamarnya.Nanti diambil orang.Mari tuan kami pulang dulu”.
Adegan 4
Sementara itu, dirumah Sari Bulan tepatnya di ruang tamu, tampak Sari Bulan sedang berbincang-bincang dengan ayahnya.Lampu menyorot Sari Bulan dan ayahnya, terdapat beberapa kursi….
Sari Bulan :”Ayah siapa sih sebenarnya yang bicara sama ayah waktu itu? Apakah dia keluarga kita?”.
Lelaki Tua :”Pemuda? Oh pemuda yang waktu itu di kali? Ayah juga tidak tahu siapa sebenarnya pemuda itu.Tapi sepertinya dia pemuda baik-baik dan sopan. Memangnya ada apa kau menanyakan hal itu? Apakah kau tertarik padanya anakku?”.
Sari Bulan :(Malu)”Ah ayah bisa saja.Tidak mungkinlah, saya tidak mungkin menjadi istri pemuda itu.Sepertinya dia keturunan bangsawan.Lagi pula kalau saya menikah nanti, saya tidak mau meninggalkan ayah sendirian di rumah.Nanda sangat cinta pada ayah”.
Datu Panda’i :”Tok…tok..tok..Assalamualaikum, pak..permisi…”
Sari Bulan :”Ayah, sepertinya ada orang diluar.Saya akan melihatnya”.
Lelaki Tua :”Biar ayah saja nak, kamu masuklah kedalam (berjalan menuju pintu).
Datu Panda’i :”Maaf pak mengganggu, bolehkah kami singgah sebentar?”
Lelaki Tua :”Oh tuan-tuan, mari silakan duduk, maaf gubuk kami begini, jelek tidak terawat”.
Datu Panda’i :”Terima kasih pak, tidak apa-apa jangan terlalu berlebihan”.
Lelaki Tua :”Maaf tuan, kalo boleh bapak tahu, sebenarnya tuan ini siapa dan berasal dari mana? Sehingga tuan-tuan bisa berada di desa yang terpencil ini”.
Datu Panda’i :”Sebenarnya saya ini adalah seorang Raja dari SUMBAWA TIMUR. Pengembaraan saya ini sudah memasuki hari yang ke-673.Lautan dan gunung serta rimba sudah kami lewati.Semua ini kami lakukan hanya untuk mencari gadis yang bernama ‘SARI BULAN’”.
Lelaki Tua :(Kaget)”Apa, Sari Bulan anakku? Apa hubungannya pengembaraan ini dengan putriku Sari Bulan? Tolong ampuni kesalahan putriku paduka.Dia putriku satu-satunya”.
Datu Panda’i :”Tenang, tenanglah pak.Putri bapak tidak melakukan kesalahan apapun. Sebenarnya, malam itu saya bermimpi bertemu dengan seorang kakek tua.Kakek itu berpesan agar saya harus menikah dengan Sari Bulan.Itulah sebabnya mengapa saya bisa ada disini sekarang”.
Lelaki Tua :(Agak ragu)”Ta…tapi Sari Bulan itu..”
Datu Panda’i :”Pak tenanglah, saya mohon izinkan saya menikahi Sari Bulan.Saya sangat mencintainya”.
Lelaki Tua :”Baiklah, tapi saya harus bertanya terlebih dahulu pada Sari Bulan.Apakah dia setuju atau tidak”.
Datu Panda’i :”Baiklah pak, saya berharap Sari Bulan setuju.Kalau begitu saya permisi dulu pak, mari Bedel, Cmeng”.
Setelah itu Lelaki Tua itu merenung sendiri, hatinya senang bercampur sedih.Senang karena putrinya akan menjadi Permaisuri Raja terkenal itu.Tapi dia juga bersedih karena akan ditinggal putri satu-satunya.
Lelaki Tua :(Berbicara sendiri)”Apa yang harus kukatakan pada Sari Bulan.Apakah aku harus mengatakannya?”
Sari Bulan :(Berjalan menghampiri ayahnya) “Ayah apa yang terjadi? Mengapa ayah bersedih? Apa ayah sakit? Saya akan mengambilkan obat”(melangkah pergi).
Lelaki Tua :”Tunggu Sari Bulan.Duduklah nak, ayah ingin berbicara.Kamu ingat pemuda tampan yang menyapa kita waktu di sungai itu kemarin?”
Sari Bulan :”Oh, pemuda yang gagah itu.Memangnya kenapa ayah? Apakah ada sesuatu hal mengenai pemuda itu?”
Lelaki Tua :”Tidak ada putriku.Tapi pemuda itu adalah seorang raja.Dia datang kedesa ini tidak lain ingin mencari jodoh yang bernama…”
Sari Bulan :”Yang bernama siapa ayah, katakana saja”.
Lelaki Tua :”Gadis beruntung itu bernama Sari Bulan, yaitu kamu putriku”.
Sari Bulan :”Apa ayah, sayalah gadis itu?”(gembira).
Lelaki Tua :”Ya putriku, kamulah gadis yang selalu dicari-cari”.
Datu Panda’i :”Tok…tok…tok, permisi”.
Lelaki Tua :”Biarlah ayah yang melihatnya”.(berjalan ke pintu).
Datu Panda’i :”Maaf pak mengganggu, bolehkah saya bertemu dengan Sari Bulan?”.
Lelaki Tua :”Boleh, silakan masuk dulu.Sari Bulan kemari nak”.
Sari Bulan :”Ya ayah, ada apa?”.
Lelaki Tua :”Inilah Raja yang ayah ceritakan itu.Tuan ini ingin mengajakmu jalan-jalan, temanilah dia putriku”.
Sari Bulan :”Baik ayah.Mari Tuan..”
Datu Panda’i :”terima kasih pak, saya berjanji akan menjaga Sari Bulan”.
Lelaki Tua :”kalian hati-hati, jangan terlalu jauh”.
Adegan 5
Setelah itu mereka berdua pergi berjalan-jalan.Mereka tiba di tempat yang indah sekali.
Bunga-bunga bermekaran disekeliling, lampu menyorot Datu Panda’i dan Sari Bulan, terdapat dua batu besar.Instrumen musik berbunyi….
Datu Panda’i :”Do adikku Sari Bulan
Ku tokal bao bukit bangka
Langan kutulang ruandi
Onang ke ada kugita”
Sari Bulan :”Lamen olo’ si panotang
Mana no rampak bajango
Pamendi ada pang sia”
Datu Panda’i :”Gila we parana kaku
Mara pio adang adal
To kena eras pamendi”
Sari Bulan :”Bintang si parana sia
Melek melong leng paranto
Konang rara ke panyayang”
Datu Panda’i :”Tu sayang rena ku pendi
Konang andi no to’ diri
Na sesal ate sakendi”
Sari Bulan :”Panyayang sia ko andi
Ngamer mara api aram
Dakejap ilang mo mengas”
Datu Panda’i :”Kaleng tana’ mo ku ngosar
Batendring ama ku ngepak
Kueneng pamendi ko andi”
Datu Panda’i :”Lamen tutu sayang kemang
Jolo puen lema tungka
Ma lema belo tu nyumpeng”
Datu Panda’i
Sari Bulan :(Menyanyikan lagu ‘RAMANJENG’).
Datu Panda’i :”Dinda Sari Bulan, sudah sekian lama kanda mengembara.Panas hujan dan debu tidak kanda pedulikan.Semua ini demi cinta kanda pada dinda, jujur saja, semenjak mimpi itu pikiran kanda selalu dibayangi oleh wajah dinda.Apa lagi setelah pertemuan di kali itu, kanda tidak bisa memejamkan mata.Kanda ingin malam segera berlalu dan berganti dengan siang.Karena dikala siang, kanda bisa melihat wajah dinda.Disaat itulah jantungku berdetak lebih kencang, sungguh aku telah jatuh cinta pada dinda.
Sari Bulan :”Ah..kanda, dinda jadi tersanjung.Tapi dinda kan hanya seorang gadis desa.Tidak pantas bersanding dengan paduka”.
Datu Panda’i :”Cukup dinda, kanda tidak ingin mendengar kata-kata seperti itu dari mulut dinda.
We andi
Na gama mu sepan ate ta melong lako len
Mu to gama na parate kaku
Ke andi nonda jangka tusayang”
Sari Bulan :”Do kakakku Datu Panda’i
Senopoka do’ tu saleng sayang
Ku ngeneng tu baseang mo
Aku ke sia nongka tu sama
Aku ta tau rara”
Lamen tutu sia pendi
Lamen roa rara kaku
Dapat salingong na nasal”
Datu Panda’i :”Ado koa tulo nasal
Untung kaku roa diri
Ada ila batutusik”
Sari Bulan :”Ila sai mo pang aku
Rapang kado leng sia
Sama tu enti leng no putes”
Datu Panda’i :”Niat putes ajal datang
Siong ya dadi tumate
Kugalingan ke rasate”
Sari Bulan :”Tapi Kanda, dinda…..”
Datu Panda’i :”Tidak mungkin dinda, kanda tidak mungkin bisa menahan gejolak di dalam dada ini, kanda bisa mati.Atau kalau kamu tidak percaya dengan cinta kanda, kanda rela terjun ke jurang sana, biar dinda puas”.(berjalan kea rah jurang).
Sari Bulan :(Menarik tangan Datu Panda’i)”Tunggu kanda, dinda percaya akan cinta kanda.Dinda juga sangat mencintai kanda”.
Datu Panda’i :”Kalau begitu, kita harus segera menikah.Kanda akan segera melamar dinda”.
Sari Bulan :”Ya kanda, dinda setuju.Kalau begitu mari kita pulang, sepertinya waktu telah lama berjalan.Dinda takut ayah khawatir dengan kita”.
Datu Panda’i :”Ya dinda, kanda juga berpikiran begitu.Ayo kita segera pulang”.
(Suasana sepi, lampu mati)
Adegan 6
Lampu menyorot Datu Panda’i, disekitar terdapat kursi.
Datu Panda’i :”Bedel, segera antarkan suratku ini kepada para menteri dan penasehat!”.
Bedel :”Hamba siap paduka”.(berjalan menuju istana).
Menteri :”Bedel, mana paduka Datu Panda’i? mengapa paduka tidak pulang bersamamu?”
Bedel :”Maaf paduka, hamba diperintahkan oleh paduka untuk menyampaikan surat ini”.
Menteri :(Menerima surat lalu membacanya)
“Wahai para penasehat dan menteri.Aku telah menemukan gadis yang bernama Sari Bulan.Dan aku perintahkan agar kalian segera mengirim utusan untuk meminang Sari Bulan !”.
Baiklah, lebih baik kita segera menyiapkan segala sesuatunya.Besok kita berangkat!.
Keesokan paginya, para menteri dan rombongan berangkat untuk meminang Sari Bulan.Mereka membawa emas, kain sutera dan bahan yang lainnya.Pesta pernikahan itu akan diadakan dengan sangat meriah, 40 hari 40 malam.
Menteri :”Ampun paduka, kami dating terlambat.Bagaimana keadaan paduka?”
Datu Panda’i :”Tidak apa-apa, dan aku baik-baik saja.Mari kita berangkat ke rumah Sari Bulan!”.
Adegan 7
Akhirnya Datu Panda’i dan Sari Bulan pun menikah.Mereka berdua hidup didera dengan penuh kebahagiaan.Tidak terasa pernikahan mereka telah berlalu 3 bulan.Sang permaisuri pun telah mengandung.Dan Datu Panda’i memutuskan untuk membawa Sari Bulan ke Istana.
Datu Panda’i :”Wahai dinda, kanda telah memikirkan masak-masak, bagaimana kalau kita kembali ke Istana.Kanda sudah terlalu lama meninggalkan Istana”.
Sari Bulan :”Tapi kanda, ayah bagaimana.Apa kita akan meninggalkan ayah sendirian? Dinda tak tega”.
Datu Panda’i :”Tenanglah dinda, kita akan mengajak ayahmu tinggal di Istana.Di Istana ayahmu akan hidup bahagia, tidak perlu kerja keras lagi”.
Lelaki Tua :”Datu Panda’i benar anakku, kamu harus mengikuti suamimu ke Istana.Kamu harus menjadi istri yang berbakti terhadap suamimu”.
Sari Bulan :”Tapi ayah akan ikut bersama kami juga”.
Lelaki Tua :”Tidak putriku, ayah lebih senang tinggal di desa.Pergilah, ayah akan merasa lega bila kamu hidup di Istana.Disana hidupmu lebih terjamin”.
Sari Bulan :”Baiklah ayah, jika menurut ayah itulah yang terbaik”.
Datu Panda’i :”Kami pamit dulu, kami akan sering-sering mengunjungi bapak”.
Lelaki Tua :”Berangkatlah, ingat kalian harus berhati-hati.Dan satu hal lagi, kalian jangan pernah singgah di hutan Dewa”.
Sari Bulan :”Ya ayah, ayah harus selalu menjaga kesehatan dan jangan terlalu capek”.
Datu Panda’i :”Kami berangkat dulu”.
Adegan 8
Begitulah akhirnya Datu Panda’i membawa Sari Bulan ke Istana.Tiba-tiba dalam perjalanan, Sari Bulan ngidam ingin makan daging rusa.Bahkan sampai menitikkan air mata.
Sari Bulan :”Kanda, dinda capek sebaiknya kita istirahat dahulu”.
Datu Panda’i :”Ya dinda, kamu tidak boleh capek kasihan anak kita”.
Sari Bulan :”Kanda, dinda ingin sekali makan daging rusa.Apakah kanda mau mencarikannya buat dinda?”
Datu Panda’i :”Tapi Dinda…”
Sari Bulan :”Kanda, dinda mohon atau kanda tega melihat dinda menderita, ini juga demi anak kita kanda.Kanda tidak saying pada dinda?”
Datu Panda’i :”Dinda, kanda mohon dinda jangan menangis.Kanda akan lakukan apapun yang dinda minta.Kanda tidak ingin setetes air mata pun yang mengalir di pipi dinda.Dinda tunggu disini.Jangan kemana-mana sebelum kanda kembali!”.
Sari Bulan :”Ya Kanda, kanda hati-hati ya?”.
Adegan 9
Akhirnya Datu Panda’i memenuhi permintaan Sari Bulan yang menginginkan daging rusa. Datu Panda’i melupakan pesan mertuanya yang melarang mereka singgah di hutan Dewa. Sementara itu Sari Bulan ditinggal sendirian ditepi sungai yang mengalir deras.Tiba-tiba dari balik semak-semak muncul Kunti.
Kunti :”(Dari balik semak)”Nah inilah saatnya aku akan jadi istri raja.Kalau tidak salah, itu adalah istri raja yang bernama Sari Bulan.
(Keluar dari balik semak menghampiri Sari Bulan) “Hai perempuan sial, enyahlah kamu dari dunia ini” (Mencengkeram leher Sari Bulan).
Sari Bulan :”Siapa kamu dan apa salahku?”.
Kunti :”Kamu tidak perlu tahu siapa aku, aku tidak sudi melihat kamu mendampingi Datu Panda’i yang sangat tampan dan kaya raya.Kamu tidak pantas dengannya”.
Sari Bulan :”Lalu apa mau kamu? (Sambil mencoba melepas cengkraman Kunti).
Kunti :”Kamu mau tahu, apa mauku? Aku ingin kamu lenyap dari dunia ini”.
Sari Bulan :”Tapi…”
Kunti :”Tutup mulut kamu (sambil mendorong tubuh Sari Bulan lalu mencongkel kedua biji matanya).Ha…ha…ha Akhirnya aku bias menjadi istri seorang raja.Tapi aku harus segera membuang tubuh Sari Bulan ke Sungai.Jangan sampai perbuatanku diketahui oleh siapapun, kalau tidak aku bias celaka.(Menarik tubuh Sari Bulan ke sungai lalu mengambil perhiasannya). Mampus kau sekarang.Semoga saja bangkaimu dimakan oleh buaya”.
Adegan 10
Setelah selesai membuang tubuh Sari Bulan kedalam sunagai yang deras, Kunti tertawa yang sekeras-kerasnya kenudian mengenakan semua perhiasan Sari Bulan.Tidak lama kemudian Datu Panda’i tiba dari berburu tanpa ada seekorpun hasil buruannya.Kunti yang mengetahui kedatangan Datu Panda’i buru-buru duduk menundukkan kepalanya sambil pura-pura menangis.
Kunti :(Duduk termenung sambil menangis).
Datu Panda’i :(Memegang pundak Kunti). Maafkan kanda dinda, kanda sudah berusaha sekuat tenaga untuk menangkap rusa.Tapi….”
Kunti :(Menoleh ke Datu Panda’i).
Datu Panda’i :(Kaget, langsung mundur ketika melihat wajah Kunti Yang Tiba-tiba memandangnya) “Si…si..si..siapa kamu.Kamu bukan Sari Bulan istriku, kamu pasti orang jahat!”.
Kunti :(Sambil terisak) “Duhai kanda, tega nian kanda tidak mengenal dinda, dinda ini Sari Bulan, istri kanda” (pura-pura menangis).
Datu Panda’i :”Tidak, tidak mungkin.Kamu pasti bohong.Kamu bukan Sari Bulan istriku.Sari Bulan itu cantik, tidak seperti kamu yang memiliki wajah yang buruk rupa.(Sambil terus memanggil Sari Bulan).Sari Bulan, Sari Bulan istriku.Kamu dimana? Keluarlah, jangan kau bersembunyi di balik semak.Ayo kita kembali ke Istana.Seluruh rakyat sudah menanti kedatangan kita”.
Kunti :(Menangis).Kanda, percayalah pada dinda.Dinda ini istri kanda, Sari Bulan. Wajah dinda ini memang sudah berubah kanda.Tadi sewaktu kanda pergi tiba-tiba dating peri jahat dan mengutuk dinda.Kalau kanda tidak percaya bahwa dinda ini Sari Bulan istri kanda perhiasan ini sebagai buktinya”.(Sambil memperlihatkan gelang Sari Bulan yang dirampas tadi).
Datu Panda’i :(Dalam keadaan setengah percaya sambil membalikkan tubuh membelakangi Kunti dan bergumam).”Oh Tuhan Yang Maha Agung, inikah buah akibat dari larangan mertuaku.Bedel,Cmeng segera kemasi barang-barang.Sekarang juga kita berangkat ke Iatana!”.(Dengan wajah kecewa dan putus asa).
Adegan 11
Akhirnya mereka berempat pulang ke Istana, tapi Datu Panda’i tidak bersemangat.Dia merasa malu membawa pulang istrinya ke Istana, sebab betapa besarnya pengorbanan yang dilakukan hanya untuk mendapatkan wanita seperti itu.Lain Halnya dengan Kunti, dia sangat bersemangat dan sangat manja.Mulai saat itu Datu Panda’i pun mulai berubah.Sementara itu, di tepi muara sungai, Sari Bulan yang matanya berongga, tidak berbiji, terdampar tidak sadarkan diri.Setelah beberapa lama kemudian, dia tersadar dan dengan susah payah dia bertahan hidup dengan cara mengemis, hingga dia melahirkan anaknya.Mereka berdua hidup dari hasil mengemis hingga anaknya berusia 13 tahun.
Suasana sekeliling sepi, instrument musik berbunyi, lampu menyorot Sari Bulan.
Sari Bulan :(Duduk memelas memikirkan nasibnya)
“E kena jangi ne peno’ ta we kaka
Den kuneng bae si guger
Laido nanta we jangi panga aku laintan”
“Duhai Tuhan Yang Maha Agung, salah dan dosa apa yang pernah hamba lakukan, sehingga hamba dan anak hamba harus menerima cobaan seberat ini”. (Setelah itu Sari Bulan bernyanyi dan berlawas).
Aipad :”Ibu, mengapa ibu menangis, ibu jangan sedih, kalau ibu sedih Aipad jadi ikut sedih”.
Sari Bulan :(Kaget) “Kamu nak, duduk sini.Ibu tidak apa-apa, mata ibu Cuma kemasukan debu.Kamu mau kemana?”
Aipad :”Betul ibu tidak apa-apa?”
Sari Bulan :”Ya, ibu baik-baik saja”.
Aipad :”Baiklah kalau begitu,Aipad mau pergi mencari kayu baker dulu”.
Sari Bulan :”Hati-hati nak”.
Aipad :”Ya bu, saya pergi dulu”.
Adegan 12
Sementara itu Aipad pergi ke sungai untuk mencari ikan sebagai bekal makan siang.
Aipad :”Kemana lagi aku harus pergi mencari ikan, rasanya aku sudah capek.Tapi kalau aku tidak mencari ikan, nanti ibu akan makan apa?.(melihat seorang nelayan).Sebaiknya aku hampiri saja nelayan itu, siapa tahu dia mau memberiku sedekah.(berjalan menghampiri nelayan),Pak(memelas), sedekahi saya ikan pak, saya dan ibu saya sudah beberapa hari belum makan pak”.
Tangko :(Mengelus kepala Aipad) “Nama kamu siapa dan dimana kamu tinggal nak?”
Aipad :”Nama saya Aipad, saya dan ibu saya tinggal di muara sungai.Kami Cuma tinggal berdua dan ibu saya tidak bias melihat”.
Tangko :”Kasihan sekali kamu nak, dari kecil sudah mendapat cobaan seperti ini.Ini bapak punya ikan, ambillah semuanya”.
Aipad :”Benarkah pak? Terima kasih.Tapi bapak bagaimana?”
Tangko :”Sudahlah, jangan kau pikirkan aku.Salam buat ibu kamu, Katakan pada ibumu.Mukah ibumu tinggal bersama kami? Kebetulan bapak tinggal berdua dengan istri bapak dan kami tidak punya anak”.
Aipad :”Terima kasih pak, bapak baik sekali.Nanti akan saya sampaikan salam bapak pada ibu saya”.
Tangko :”Baiklah Aipad, bapak pulang dulu, hati-hati ya?” (mengelus kepala Aipad).
Aipad :”Ya pak, sekali lagi terima kasih (bergumam sendiri) Bapak itu baik sekali”.
(Lalu Aipad pulang dengan membawa ikan).
Adegan 13
Sementara itu, di muara sungai Sari Bulan duduk termenung seorang diri dan gelisah menanti kedatangan Aipad.
Sari Bulan :(Bicara sendiri).”Aduh Aipad, kamu kemana nak, kok belum pulang”.
Aipad :”Tok..tok..tok, ibu Aipad pulang membawa ikan.Hari ini kita akan makan enak”.
Sari Bulan :(Berjalan meraba Aipad) “Aipad, kamu tidak apa-apa nak, ibu takut terjadi apa-apa”.
Aipad :”Ah…ibu Aipad tidak apa-apa.Lagi pula saya kan sudah besar.Ini bu Aipad bawa ikan sebaiknya ibu duduk saja (memegang tangan Sari Bulan).
Sari Bulan :”Aipad kamu dapat ikan itu dri mana?”
Aipad :”Tadi Saya bertemu dengan seorang nelayan yang baik hati.Dia memberikan ikan itu pada Aipad dan dia menajak kita tinggal di rumahnya”.
Sari Bulan :”Apa kamu yakin dia orang baik-baik? Ibu takut…”
Aipad :”Sudahlah ibu, Aipad yakin pasti dia orang baik-baik, ya sudah Aipad bersihkan ikannya dulu”.
Sari Bulan :”Terserah kamu saja.Tapi ibu pesan jangan gampang percaya sama orang, siapa tahu dia bermaksud jahat pada kita”.
Aipad “(Kaget) “Bu..!lihat bu! Didalam perut ikan ini ada biji mata, sepertinya biji mata ibu”.(mengambil dan menempelkannya dimata Sari Bulan)”Ibu coba pakai dulu ya? siapa tahu cocok?”
Sari Bulan :(Meraba matanya dengan setengah percaya).”Ya Tuhan! Aku bisa melihat, aku bisa melihat lagi Tuhan.(Menoleh pada Aipad) Aipad…kaukah Aipad anakku?”
Aipad :(Mengangguk dengan perasaan sedih dan bahagia).
Sari Bulan :(Memeluk Aipad kemudian menangis)”Terima kasih Tuhan atas karunia-Mu, Engkau Maha Benar, kau selalu menyayangi hamba-Mu yang sabar dan tertindas.Terima kasih Tuhan”.
Aipad :”Ibu, ini juga berkat nelayan yang baik itu”.
Sari Bulan :”Ya anakku, kalau begitu, untuk mengucapkan terima kasih, kita akan tinggal di rumahnya untuk mengabdi.Sekarang juga kita kesana untuk menemui orang itu”.
Adegan 14
Sari Bulan dan Aipad diterima oleh keluarga Tangko dengan senang hati.Tangko sangat menyayangi Aipad seperti anak kandungnya sendiri.Usia Aipad makin hari makin bertambah, mereka hidup bahagia.Suatu hari di Kerajaan diadakan Sayembara adu jangkrik dengan taruhan, apabila jangkrik Raja kalah, maka tahta Kerajaan diserahkannya kepada pengadu jangkrik yang menang dan begitu pula sebaliknya, jika jangkrik Raja menang yang kala harus menjadi budak Istana.
Tangko :”Maaf Sari Bulan, aku dengar di Kerajaan sedang diadakan sayembara adu jangkrik.Siapa yang berhasil mengalahkan jangkrik Raja maka tahta kerajaan akan diserahkan padanya.Sebaliknya jika kalah maka akan di jadikan budak Istana.Bagaimana kalau Aipad ikut saja sayembara itu.Sepertinya dia punya kemampuan”.
Sari Bulan :(Kaget)”Apa? Sayembara di Kerajaan? Tidak, aku tidak setuju jika Aipad mengikuti sayembara itu”.
Tangko :(Heran)”Tapi mengapa?ada aura darh kerajaan yang mengalir pada darahnya?”
Sari Bulan :”Sudahlah, pokoknya aku tidak setuju”.(Berlari pergi sambil menangis).
Tangko :”Sari Bulan tunggu, mengapa kelihatannya kamu menangis? Ada apa? Sepertinya ada hal yang kau sembunyikan dariku”.
Sari Bulan :”Sebenarnya aku adalah istri seorang Raja, Datu Panda’i.Aku dan kanda berpisah 13 tahun silam diwaktu Aipad masih didalam kandungan.Waktu itu aku minta pada Kanda agar beliau sudi menangkapkan rusa di hutan Dewa.Dan tiba-tiba dating seorang gadis yang menyeramkan yang bermaksud membunuhku.Kedua mataku dicongkel dan tubuhku dibuang ke Sungai.Untunglah aku selamat dan akhirnya aku bisa bertemu dengan bapak”.
Tangko :(Kaget)”Jadi…jadi kamu adalah gadis yang selalu dicari Datu Panda’i dan Aipad itu adalah…”
Sari Bulan :”Ya, karena itulah jika aku tidak mau Aipad ikut sayembara itu.Aku tidak ingin dia kecewa jika mengetahui hal yang sebenarnya”.
Tangko :”Tapi Sari Bulan, Aipad harus mengetahui ayahnya.Kamu tidak boleh memisahkan seorang anak dengan ayahnya”.
Sari Bulan :(Diam sejenak).
Tangko :”Sari Bulan, biarlah Aipad mengikutio sayembara itu”.
Sari Bulan :”Baiklah, aku mengizinkannya”.
Tangko :”Ya sudah, sebaiknya kita istirahat”.
Adegan 15
Akhirnya Tangko, Sari Bulan dan Aipada pergi ke Istana untuk mengikuti sayembara.Mereka berharap Aipad bias memenangkan sayembara itu dan Datu Panda’i dapat mengetahui bahwa Aipad itu adalah putra kandungnya.
Aipad :(Kaget).”Paman banyaknya sekali pesrta sayembaranya, saya takut saya tidak bias menang”.
Tangko :(Memegang pundak Aipad)”Sudahlah kamu pasti bias mngalahkan jangkrik raja, kamu harus percaya sama paman”.
Pengawal :”Sekarang tiba giliran Aipad untuk bertanding”.
Aipad :”Paman, ibu doakan Aipad supaya bisa menang”.
Sari Bulan :”Ya nak, doa ibu selalu menyertaimu, pergilah!”.
Aipad :(Menghadap raja dan bersiap untuk mengikuti sayembara).
Datu Panda’i :”Wahai anak muda apakah kamu siap bertanding denganku?”
Aipad :”Hamba siap paduka”.
Datu Panda’i :”Kamu ini terlalu muda, sebaiknya kamu mundur saja”.
Aipad :”Apapun resikonya saya siap Paduka!”.
Datu Panda’i :”Baiklah, ayo kita mulai”.
Lampu menyorot sekeliling, terdapat sebuah meja.Instrumen musik berbunyi.Sebagai pertanda pertandingan dimulai terdengar bunyi Gong…
Pertandingan pun segera dimulai, kedua belah pihak sangat gelisah dan tegang.Tidak lama kemudian….
Aipad dan Tangko :(Berdiri meronta kegirangan) “Horee menang !, menang, hidup”.
Tangko ;(Memeluk Aipad) “Kamu menang nak, kamu memang anak yang hebat”.
Datu Panda’i :(Duduk lemas, kecewa).
Penduduk :”Hore, hidup Aipad, hidup Aipad”.
Pengawa :”Saudara-saudara tenang.Pemenangnya adalah Aipad anak Tangko.Dia berhak menerima tahta dan kerajaan sesuai dengan isi sayembara kemarin.
Aipad, silakan menghadap raja!”.
Aipad :(Menghadap Datu Panda’i).
Tangko :(Berteriak) “Aipad jadi raja, Aipad jadi Datu, anak tidak tahu bapak, bapak tidak tahu anak”.
Pengawal :”Hai Tangko, apa yang kamu maksud?”
Tangko :”Ampun panglima, yang saya maksud itu adalah Aipad bukan Anak saya, tetapi anaknya Tuanku Datu Panda’i, yang ibunya bernama Sari Bulan yang dulu dibuang ke sungai setelah kedua biji matanya dicongkel oleh perempuan jahat yang berpura-pura menyamar sebagai Sari Bulan, istri Raja”.
Datu Panda’i :(Bangun dari tempat duduknya) “Apa, benarkah yang kau katakan itu?”.
Sari Bulan :(Muncul dari kerumunan orang)”Benar Datu, saya Sari Bulan dan Aipad anak saya Datu,dan anak Datu juga”.
Kunti :(Marah)”Bohong Datu, sayalah Sari Bulan, pasti perempuan itu sengaja menjadi Sari Bulan untuk merampas kebahagiaan kita”.(mendorong tuibuh Sari Bulan).
Sari Bulan :(Menangis)”Kanda, percayalah pada Dinda, Dinda ini Sari Bulan, Istri Kanda.Dia sengaja mencongkel mata saya dan membuang tubuh saya ke sungai, percayalah kanda”.
Kunti :”Itu tidak benar, sebenarnya ia iri pada saya kanda, dia tidak ingin melihat saya bahagia.Pengawal!seret perempuan itu keluar”.
Pengawal :(Menyeret Sari Bulan).
Sari Bulan :”Kanda, percayalah.Saya ini Sari Bulan.Teganya Kanda tidak mengenali Dinda.Bukan dulu kanda sudah berjanji akan selalu menyayangi Dinda, sehidup semati akan kita jalani bersama”.
Tangko,Aipad :(Menolong Sari Bulan)”Sebaiknya kita tinggalkan Istana ini”.
Sari Bulan :”Baiklah Kanda.Jika wanita itulah yang membuat Kanda bahagia, Dinda rela. Mari nak kita pergi”.
Adegan 16
Tidak berapa lama kemudian, ayah Sari Bulan datang ke Istana dan menanyakan kabar Sari Bulan.
Lelaki Tua :”Wahai Datu Panda’i aku ingin bertemu dengan putriku Sari Bulan”.
Datu Panda’i :”Bapak silakan duduk dulu.Pengawal, panggil Dinda Sari Bulan!”.
Pengawal :(Memanggil Sari Bulan)”Maaf Tuan putri, ayahanda Tuan Putri ingin bertemu”.
Kunti :(Kaget)”Apa, ayahku? Ya..yaa..yaa aku segera kesana”.
(Bicara sendiri)”Waduh, gawat, penyamaranku bisa terbongkar, aku harus kabur dari Istana sebelum terlambat”.
Lelaki Tua :”Sari Bulan putriku, ayah sangat merindukanmu”.”Ah siapa kamu, kamu bukan Sari Bulan”.
Kunti :(Berlari hendak keluar).
Datu Panda’i :(Kaget)”Ja..jadi perempuan itu…Pengawal!!, tangkap perempuan iblis itu.Masukkan dia kedalam sumur tua!!, tutup rapat dan beri dia pernapasan dengan sebatang bambu”.
Pengawal :(Menyeret Kunti).
Kunti :”Ampun Datu, jangan hukum saya, saya memang bersalah”.
Pengawal :”Sudah, tutup mulutmu!!”.
Datu Panda’i :”Ayahanda, maafkan saya, saya telah lalai dalam menjalankan tugas menjaga Sari Bulan”.
Lelaki Tua :”Sudahlah, sebaiknya kamu segera menjemput istri dan anakmu”.
Datu Panda’i :”Ya ayah”.(Berjalan mencari Sari Bulan).”Sari Bulan istriku, kamu dimana?...
(Duduk)”Sari Bulan kemana lagi aku harus mencarimu?”.
Sari Bulan :(Tiba-tiba muncul)”Kanda,”
Datu Panda’i :(Bangun dari duduk)’Dinda…(Memeluk Sari Bulan), Kanda minta maaf selama ini aku telah menelantarkanmu.Aku sempat ragu dengan cintamu”.
Sari Bulan :”Sudahlah Kanda, Dinda mengerti posisi kanda saat itu”.
Datu Panda’i :”Terima kasih Dinda, mana anak kita dinda? Aku ingin sekali melihatnya”.
Aipad :”Ayahanda”.
Datu Panda’i :”Aipad anakku kemarilah…” (memeluk anaknya) anakku, maafkan ayah”.
Aipad :”Ya ayah, nanda sudah melupakannya”.
Datu Panda’i :”Sari Bulan, maukah kau hidup di Istana dan kembali kesana?”.
Sari Bulan :”Baiklah Kanda, dinda bersedia”.
Akhirnya mereka hidup bahagia selamanya.Aipad diangkat menjadi Raja, dan sebagai balas jasa kepada Tangko atas pengorbanannya yang telah menjaga Sari Bulan dan Aipad anaknya, maka Kerajaannya diberi nama “KERAJAAN TANGKO”.
SEKIAN….
Label: DRAMA
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda